Setiap Anak Itu Cerdas

Penulis: Ii Ahmad Muhyidin / Cordyline 085324962986

Orang tua mana yang tak bahagia mempunyai anak yang pintar/cerdas dan juga sukses di masa depan. 

Para orang tua akan melakukan apapun agar anak-anaknya bisa menjadi anak yang pintar dan juga sukses. Diantaranya dengan memasukkan mereka ke sekolah, menyuruh anak-anaknya mengambil pelajaran tambahan (les) setelah jam sekolah, dan banyak lainnya.

Setiap akhir semester, orang tua akan melihat nilai hasil pembelajaran dalam raport anak-anaknya. Saat nilai IPA, Matematika, Fisika atau Kimia anak-anaknya bagus mereka akan senang bukan kepalang . Sebaliknya, jika nilai IPA, Matematika, Fisika atau Kimianya jelek, mereka (ortu) akan bersedih bahkan mungkin tak sedikit yang marah kepada anak-anaknya, padahal nilai pelajaran yang lain di atas rata-rata. Yang akhirnya para ortu menyuruh anak-anaknya untuk mengambil pelajaran tambahan di luar jam sekolah (les) agar nilai pelajaran IPA, Matematika, Fisika atau Kimia nya menjadi lebih baik.

Apakah yang di lakukan orang tua salah? Tentu saja tidak, namun wahai para orang tua, apakah kita betul-betul mengetahui bahwa apa yang kita lakukan itu baik dan benar untuk anak-anak? 

Anak yang tidak mendapat nilai yang bagus di matematika, IPA, fisika atau Kimia bukan berarti dia tidak cerdas atau tidak pintar. Mungkin sebetulnya dia punya kelebihan atau kecerdasan di sisi yang lain, apakah itu seni, komunikasi, penyelesaian masalah atau yang lainnya. 

Howard Gardener mengatakan bahwa kepintaran atau kecerdasan itu tidak hanya terletak pada kecerdasan logik matematik, ada pula kecerdasan-kecerdasan lain yang di berikan Tuhan kepada setiap insan (anak). Antara lain, kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Visual, Kecerdasan Musik, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan intrapersonal, kecerdasan Kinestetik dan kecerdasan naturalis.

Oleh karena itu wahai para orang tua, marilah kita kenali bakat dan potensi kecerdasan anak-anak sedari dini agar tidak salah mengarahkan anak-anak kita. Alih-alih ingin anak-anak kita sukses di kemudian hari,  justru kita malah menjerumuskan mereka kedalam lembah penyesalan seumur hidupnya karena kita tidak betul-betul memahami apa sebetulnya bakat dan juga potensi kecerdasan dari anak-anak kita.***

Artikel Kolom Ragam Februari 01, 2019