Hot News
9 Desember 2025

Bahaya Lemahnya Generasi Akibat Konten Merusak di Ruang Digital


Nama : Amelia Ramadhita

Kemunculan platform digital di Indonesia telah membawa perubahan signifikanpada lanskap komunikasi dan interaksi sosial. Platform-platform seperti media sosial, forum daring, dan aplikasi pesan instan tidak hanya memfasilitasi pertukaran informasi secara cepat, tetapi juga memungkinkan masyarakat untuk mengekspresikan pendapat dan terlibat dalam aktivitas sosial maupun politik secara lebih luas. 

Penetrasi internet yang semakin tinggi memperkuat posisi platform digital sebagai ruang publik baru, dimana individu dapat menyuarakan aspirasi, mengorganisir gerakan sosial, dan berpartisipasi dalam wacana publik. 

Fenomena ini menunjukkan bagaimana teknologi digital dapat memberdayakan masyarakat dalam hal partisipasi publik, memberikan ruang bagi suara yang sebelumnya mungkin terpinggirkan. Namun, pemberdayaan melalui platform digital ini tidak lepas dari risiko.

Kemudahan penyebaran informasi yang disediakan oleh teknologi digital dapat disalahgunakan untuk menyebarkan konten yang salah, berbahaya, atau bahkan ilegal.
Misalnya, hoaks, ujaran kebencian, dan propaganda politik dapat menyebar dengan cepat dan mempengaruhi opini publik, terkadang menimbulkan konflik sosial atau ketidakpastian informasi. 

Sifat ganda ini—sebagai instrumen pemberdayaan sekaligus potensi ancaman—menunjukkan kompleksitas interaksi antara teknologi, masyarakat, dan regulasi.

Dekadensi moral yang terjadi saat ini disebabkan oleh beberapa faktor umum dan khusus yang saling terkait. 
 
Pertama, nilai-nilai agama di rumah, sekolah, dan lingkungan semakin memudar. 
Pengetahuan dan teknologi modern membuat manusia terkadang melupakan hubungan vertikal dengan Tuhan, sehingga kontrol diri melemah. Hal ini terlihat pada generasi muda yang mudah melakukan tindakan negatif, seperti cyberbullying.

Kedua, kemajuan teknologi informasi membawa dua dampak: jika dimanfaatkan dengan bijak, bermanfaat; namun jika tidak, dapat menumbuhkan sifat instan dan mengikis karakter. Banyak generasi muda yang terlena oleh kemudahan teknologi sehingga kemampuan mereka untuk mengontrol diri menurun.

Ketiga, kurangnya pengawasan keluarga dan masalah ekonomi turut memengaruhi perilaku anak. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau memiliki perilaku menyimpang dapat membuat anak meniru perilaku negatif, seperti seks bebas atau terjerumus prostitusi.Keempat, arus budaya materialistis, hedonis, dan sekulerisme semakin deras.

Kehidupan yang berfokus pada kepuasan pribadi, kesenangan, dan gaya hidup mewah membuat generasi muda mudah terjerumus penyalahgunaan narkoba, minuman keras, dan perilaku negatif lainnya. 

Media sosial sering kali memperkuat perilaku ini karena eksistensi dan pengakuan sosial menjadi prioritas.
 
Penanganan dekadensi moral ini memerlukan peran aktif sekolah, guru, dan orang tua dalam membimbing generasi muda serta menguatkan kontrol diri melalui nilai agama dan pendidikan karakter.

Fenomena dekadensi moral yang melanda generasi muda saat ini tidak muncul begitu saja. Salah satu penyebabnya adalah memudarnya nilai-nilai agama di rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar. Banyak anak muda yang lebih fokus pada informasi dan pengetahuan duniawi, sehingga lupa pada pengendalian diri yang bersumber dari iman.

Hal ini tercermin pada perilaku seperti cyberbullying yang mudah dilakukan tanpa berpikir panjang.

Kemajuan teknologi informasi juga menjadi faktor penting. Teknologi yang seharusnya membantu justru mempermudah munculnya sifat instan, membuat generasi muda lebih tergantung pada kemudahan digital dan mengikis kemampuan mereka mengontrol perilaku.

Selain itu, keluarga yang kurang memberikan pengawasan atau memiliki masalah ekonomi juga memengaruhi perilaku anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga bermasalah cenderung meniru perilaku negatif orangtuanya, seperti seks bebas atau terjerumus prostitusi.

Tak kalah penting, arus budaya materialistis dan hedonis mendorong generasi muda mengejar kesenangan pribadi dan gaya hidup mewah. Media sosial memperkuat perilaku ini karena menjadi sarana eksistensi dan pengakuan sosial.

Oleh karena itu, peran sekolah, guru, dan orang tua menjadi sangat krusial dalam menanamkan nilai-nilai agama, pendidikan karakter, dan kontrol diri untuk menanggulangi dekadensi moral yang kini mengancam generasi muda.

Kecanduan teknologi di kalangan anak-anak telah menjadi perhatian serius.
Penggunaan perangkat digital secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, baik mental maupun fisik, termasuk gangguan tidur, kurangnya aktivitas fisik, dan isolasi sosial. 

Meskipun teknologi mempermudah akses informasi, penggunaan yang tidak terkontrol berpotensi menimbulkan ketergantungan yang merugikan.

Dalam praktiknya, guru melaporkan bahwa beberapa siswa kesulitan berkonsentrasi pada pelajaran tanpa bantuan perangkat digital, menandakan tanda-tanda kecanduan. 

Fenomena ini menekankan pentingnya pemahaman dan pengawasanyang lebih baik terhadap penggunaan teknologi oleh anak-anak. Oleh karena itu, pendekatan yang seimbang perlu diterapkan agar anak-anak tetap memperoleh manfaat dari teknologi tanpa mengalami dampak negatif bagi kesehatan dan perkembangan mereka.

Gaya hidup konsumtif dan individualistik semakin memperburuk kondisi ini, sehingga diperlukan upaya transformasi pendidikan agama yang menekankan penguatan ruhani, bukan sekadar aspek kognitif.

Untuk mengatasi permasalahan ini, beberapa langkah dapat diterapkan. 
 
1. Pendidikan agama harus holistik, mentoring spiritual, dan pembiasaan adab sehari-hari.

2. Keteladanan keluarga dan guru menjadi kunci, karena anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. 

3. Media digital juga bisa dimanfaatkan untuk dakwah yang menarik dan relevan bagi remaja, seperti video, podcast, atau konten inspiratif. 

Selain itu, lembaga keagamaan perlu berinovasi melalui program kajian tematik, komunitas dakwah digital, dan kegiatan spiritual yang aplikatif. Pendidikan karakter berbasis ibadah, pengelolaan waktu, dan refleksi diri sebaiknya menjadi bagian dari kurikulum untuk membentuk generasi muda yang disiplin dan berakhlak.***
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Bahaya Lemahnya Generasi Akibat Konten Merusak di Ruang Digital Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan