Hot News
29 April 2021

Ibadah Shaum Ajang Memerdekakan Manusia Dari Ke-aku-annya


Bagi sebagian kaum muslimin bulan Ramadhan selalu menjadi bulan yang ditunggu-tunggu. Hal ini karena mereka begitu menyadari keutamaan bulan Ramadhan. Namun, bagi sebagian lainnya, bulan Ramadhan menjadi rutinitas yang mereka jalani sebagai ibadah menahan lapar dan haus dari sejak subuh hingga maghrib tiba.

Dalam perspektif beragama yang benar, bulan Ramadhan yang menjadi waktu dijalankannya ibadah shaum mempunyai makna dan target meningkatkan ketaqwaan, sehingga perlu dilakukan persiapan yang maksimal.

Menjalankan ibadah shaum, tidak bisa dilepaskan dari hadis yang artinya: "Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari No. 38 dan Muslim 760).

Dengan dasar "imanan wahti syaban" inilah, yakni menjalankan ibadah shaum dengan didasari keimanan, keyakinan bahwa ibadah shaum ini perintah Allah SWT yang harus dijalankan dan berharap pahala dari Allah SWT, In Shaa Allah ibadah shaum seseorang diharapkan mencapai target meningkatkan ketaqwaan bagi yang menjalankannya.

Seorang filsuf Perancis, Roger Garaudy, menjelaskan perfektif shaum di bulan Ramadhan sebagai penegasan proklamasi kemerdekaan manusia terhadap ke-aku-annya atau ego pribadinya, proklamasi kemerdekaan manusia atas keinginan-keinginannya. Begitu keserakahan pribadi direm 30 hari lamanya maka empati sosial dapat tumbuh di dalam diri. Puasa mengingatkan kita tentang adanya orang-orang lapar, seperti adanya aku-yang-lain yang harus diselamatkan dari penderitaan-penderitaan, kata Garaudy.

Unsur ego, ke-aku-an, merupakan faktor yang seringkali membuat manusia berbuat di luar batas-batas aturan agama. Oleh karenanya melalui ibadah shaum unsur ego atau ke-aku-an dicoba ditekan dan dikendalikan agar tetap dalam koridor aturan agama.

Akan menjadi berat kalau hidup manusia sudah dijajah, dikuasai oleh ego atau ke-aku-annya. Ego/ke-aku-an cenderung mengarah pada perbuatan sewenang-wenang, menganggap enteng orang lain.

Melalui shaum ini kita merenung, melihat ke dalam diri kita, bahwa diri kita lemah. Shaum membawa kita untuk mencoba taslim, mengikuti kehendak Illahi. Manusia pada kenyataannya adalah makhluk yang lemah, mudah sakit, mudah kecewa, yang kalau sisi lemahnya manusia menimpa kita, maka kita akan menjadi urusan orang lain, manusia perlu bantuan orang lain.

Untuk mencapai target dari pelaksanaan ibadah shaum, yakni meningkatnya ketaqwaan, maka dalam menjalankan ibadah shaum harus didasarkan pada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu: niatnya harus baik, caranya harus baik dan tidak dalam keadaan musyrik pada Allah SWT. Ketiga syarat ini harus selalu melekat pada setiap muslim saat menjalankan setiap ibadahnya, termasuk ibadah shaum.

Syarat pertama bersihkan niat, "wama umiru illa liya'budullaha mukhlisiina lahuddiin", beribadah semata-mata karena Allah, tidak karena yang lain. Memang sulit membersihkan niat seperti ini, namun Ramadhan menjadi ajang untuk melatih secara terus menerus niat kita, keikhlasan kita.

Mukhlisiina lahuddiin, ini suatu bentuk keikhlasan dalam beragama. Ikhlas memiliki banyak syarat bahwa sesuatu perbuatan dinilai ikhlas jika ia murni karena Allah, ia sungguh-sungguh dilakukan dengan sebaik mungkin, ia dijaga dari pencemaran niat, ia dijaga dengan sebuah komitmen dan disiplin.

Ikhlas adalah perkara yang sangat sulit, karena manusia cenderung melakukan suatu perbuatan karena pengaruh manusia lainnya. Melalui ibadah Shaum di bulan Ramadhan inilah kita melatih diri untuk secara terus menerus membersihkan diri, membersihkan niat kita untuk menggapai tingkat ikhlas.

Syarat kedua, caranya harus baik. Hal ini bisa kita lakukan dengan cara sering-sering kita bertanya pada ustadz, ulama, kyai, tentang bagaimana cara yang baik menjalankan ibadah shaum. Seperti apa syaratnya, rukunnya, sunahnya, hal-hal yang membatalkannya, dan lain-lain. Langkah banyak bertanya, menggali informasi, perlu kita lakukan dalam rangka kita ingin menjalani shaum dengan benar, niatnya benar, caranya benar.

Sebab kalau niatnya benar, caranya tidak benar, bisa jadi yang ada adalah kesia-siaan, ibadahnya ditolak Allah SWT. Sebaliknya, kalau caranya benar, niatnya tidak benar, juga kesia-siaan yang akan didapat. Dua-duanya ini harus ada, disamping syarat ketiga yang sudah pasti yaitu tidak dalam keadaan musyrik.

*Ikhsan Marzuki*
(Pendiri Rumah Sahabat Qur'an)
================
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Ibadah Shaum Ajang Memerdekakan Manusia Dari Ke-aku-annya Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan