Hot News
7 November 2025

Hari Santri: Momen Aktivasi Santri sebagai Agen Perubahan



Oleh Fathimah Salma
Pengelola Ponpes Al-Mustaniir Kuningan

Meski hari santri sudah berlalu, namun  santri dan potensinya masih menjadi perbincangan menarik. Dikukuhkannya tanggal 22 Oktober sebagai hari santri, menandakan santri sangat penting keberadaannya. Apalagi jika melihat yang melatarbelakangi penetapan hari tersebut adalah Resolusi jihad yang dipelopori oleh ulama sekaligus tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945.


Namun dalam momen peringatannya hanya terbatas pada seremonial saja. Tidak sejalan dengan resolusi jihad yang melatarbelakanginya. Sebagaimana pada momen hari santri tahun ini yang mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”. Dan Presiden Prabowo Subianto mengajak para santri di seluruh Indonesia meneladani semangat perjuangan para ulama dan pejuang kemerdekaan, ia juga menyebut hari santri sebagai momentum untuk mengenang jasa besar para ulama dan santri yang turut berjuang merebut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia (kompas.com, 24/10/2025).  Diisi dengan upacara, kirab, perlombaan baca kitab, sampai festival sinema.


 Peringatan Hari Santri hanya seremonial,  tidak menggambarkan peran santri sebagai sosok yang fakih fiddiin dan agen perubahan. Ini sudah terjadi sejak dikukuhkannya hari santri pada tahun 2015. Pengukuhan yang  dilakukan oleh presiden Jokowi pada saat itu hanya karena ada  usulan dari beberapa santri di Jawa Timur untuk mengenang santri dalam perjuangannya memerdekakan RI. Begitu juga dengan  menteri agama pada saat itu menjelaskan bahwa pengukuhan hari santri hanya mengingatkan pentingnya generasi muda mengenang peran penting santri dalam kemerdekaan RI, dengan satu harapan generasi saat ini bisa meneladaninya.  Yang menonjol juga adalah hanya berisi pujian pada santri masa lalu dan ajakan mengenang pada generasi sekarang . maka tidaklah aneh jika kemudian peringatannya hanya seremonial saja.

Untuk tahun ini peringatan diisi dengan Musabaqoh Qiroatil Kutub. Meski para santri jago dalam kemampuannya membaca kitab kuning yang dilombakan, namun hanya sebatas untuk dilombakan dan untuk dibanggakan.  Kitab kuning yang berisi ilmu-ilmu Islam (tsaqofah Islam) yang sejatinya menjadi pijakan para santri untuk mengkritisi dan menyolusi berbagai persoalan hidup, tampaknya masih belum terlihat. Terbukti banyaknya santri di negeri ini tidak terdengar suaranya dalam melakukan pembelaan terhadap muslim Palestina. Tidak terdengar juga dari mereka pengungkapan berbagai persoalan di negeri ini akibat kezaliman penguasa dan ajakannya untuk menerapkan Islam yang bisa men solusinya.  Gelora para santri dalam perjuangan melawan penjajahan di masa lalu, tidak terwujud saat ini.    Padahal penjajahan sangat nyata terjadi di negeri ini.

Semestinya gelora mereka dalam melawan penjajahan tetap ada hingga saat ini, meski penjajahan yang berlangsung saat ini bukan lagi penjajahan fisik, namun penjajahan pemikiran, politik dan ekonomi. Sangat disayangkan alih-alih bersuara lantang melawan penjajahan dan bersuara keras memobilisasi masyarakat untuk melawannya, yang terjadi malah menjadi agen-agen penjajah itu sendiri.
Hal ini tidaklah aneh, karena negara menerapkan sistem kapitalis sekuler. Sistem ini berambisi untuk menancapkan hegemoninya di seluruh dunia. Sistem ini tidak akan membiarkan ruang sedikitpun pada Islam untuk bisa tegak. Islam adalah lawan dari ideologinya. Berbagai konspirasi dibuatnya untuk mengubur dan mengaburkan Islam. Sejak runtuhnya gedung WTC dan Pentagon di Amerika Serikat tahun 2001, genderang perang terhadap Islam ditabuh. Digulirkan politik Stick and Carrot untuk membagi dunia menjadi dua. Jika negara memilih stick maka diperangi secara fisik. Jika memilih carrot maka dibersamainya.

Indonesia termasuk negara yang memilih carrot, maka AS menentukan berbagai strategi politiknya untuk negeri ini. Yang menonjol diantaranya adalah mengajak perang melawan terorisme dan radikalisme. Juga  bekerjasama menyebarkan paham moderasi beragama. Paham moderasi yang diaruskan mengandung spirit memandulkan Islam dalam eksistensinya mampu memimpin dunia, yaitu dengan memaksakan pada Islam untuk menerima ide-ide barat seperti liberal, sekuler, HAM, sinkretisme, pluralisme, dan lain-lain. Islam dipaksa untuk bisa berkompromi dengan ide-ide tersebut.

Santri dan pesantren menjadi pihak yang paling ditarget dalam menyukseskan strategi ini. Karena posisinya yang sangat penting.  Santri dan pesantren di target untuk menjadi corong penyebar paham moderasi beragama. Dan menjadi subjek melawan terorisme dan radikalisme. Dari sini, wajar jika bangkitnya santri dengan potensi strategisnya sebagai agen perubahan menjadi yang paling ditakuti Barat. Sehingga jika pun posisi santri diakui memiliki peran penting, kemudian dikukuhkan adanya hari santri, maka bagaimana didesain peringatannya hanya bersifat seremonial saja. Pujian soal peran santri dalam jihad melawan penjajah di masa lalu berhenti hanya sebatas pujian dan romantisme sejarah saja.

Upaya memandulkan peran santri dari potensi strategisnya sebagai agen perubahan tidak hanya sebatas itu, akan tetapi ditempuh juga  berbagai kebijakan dan program menyangkut santri dan pesantren di masa kini. Yaitu dimanfaatkan untuk menjadi agen pemberdayaan ekonomi dalam mengentaskan kemiskinan. Selain itu santri juga ditarget menjadi pelaku yang menyerukan pentingnya menjaga lingkungan hidup, dalam mengatasi isu global warming.  Padahal kemiskinan dan isu global warming disebabkan oleh sistem politik dan ekonomi liberal. Semestinya itu merupakan tugas negara. Pemberdayaan santri dalam ekonomi dan isu lingkungan hidup, jelas merupakan pembajakan potensi santri. Semestinya santri khusyu belajar kitab kuning untuk kemudian dijadikan pijakan untuk mengkritisi berbagai persoalan yang terjadi.

Atas semua itu sistem kapitalis sekuler  tidak memberikan peluang sedikitpun pada lahirnya Santri yang memiliki visi dan misi  jihad melawan penjajahan gaya baru dengan menjaga umat dan syariat
Konstruksi :
Dalam Islam santri memiliki posisi yang sangat penting dan strategis. Pembelajaran ilmu-ilmu Islam yang benar akan melahirkan santri meyakini keagungan dan keistimewaan syariatNya dalam mensolusi berbagai persoalan. Sehingga akan terbentuk azam yang kuat untuk menghidupkan syariatNya. Pembelajaran Ilmu-ilmu Islam yang  akan dijadikan pijakan untuk mengkritisi dan solusi berbagai persoalan akan melahirkan santri memiliki karakter pemimpin. Dari sinilah peran strategis santri akan bisa berdaya dalam menjaga umat dan mewujudkan peradaban Islam cemerlang, yaitu: fakih fiddin dan menjadi agen perubahan menegakkan syariat Islam.

Negara menjadi  penanggung jawab utama dalam  mewujudkan eksistensi pesantren dengan visi mulia mencetak para santri yg siap berdiri di garda terdepan melawan penjajahan dan kezaliman.

Wallahu a’lam bish shawab.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Hari Santri: Momen Aktivasi Santri sebagai Agen Perubahan Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan