Hot News
12 April 2017

"Barok" Bukanlah Mimpi, Melainkan Uga


oleh: Drs. Dodo Suwondo, MSi ( FB. Hyang Purwa Galuh ) *)

"Barok" adalah kritik sosial, atau protes sosial, atau kekecewaan sosial, atau bahkan kemarahan sosial dari sebuah kondisi sosial terhadap lingkungan sosial. Dan "Barok" bukanlah sebuah mimpi namun "uga" yang tergambar ke masa depan yang sudah dimulai sejak sekarang.

Tergambar sebuah aliran sungai yang tak bisa lagi mampu menopang kehidupan penghuni setempat, yang selayaknya sungai di perkampungan masih menjadi tempat mencuci, tempat bermandi, dan di bagian hilirnya adalah tempat be-a-be menjadi tak lagi bersahabat. Namun itu bukanlah kesalahan sungai, akan tetapi kebiadaban penghuninya yang tak lagi berperadaban. Namun itu pun bukan mutlak kesalahan penghuninya, akan tetapi keadaan yang memaksa.

Kampung "Barok" adalah kampung penyamun yang di dalamnya terdapat copet dan jambret yang vertokoh sentral Barok yang beraja di kerajaan copet. Ini merupakan ide utuh dari seorang Aan Sugiantomas. Dia secara apik mengangkat alam pikirannya untuk diangkat ke atas panggung -- dari panggung kehidupan ke panggung pentas.

Dalam "Barok", Aki masih setia dengan sungainya, ia menganggap bahwa sungai masih bisa memberi kehidupan. Padahal Aki tahu bahwa sungainya tak dapat lagi memberinya kehidupan. Ia gambarkan filosofis mancing dari berbagai sudut pandang. Untuk hobikah, untuk kehidupankah, untuk pemuaskah, atau untuk menghindar dari kepungan permasalahan pribadinya?

Dalam "Barok" ada watak "jojodog unggah ka salu" yang diperankan oleh sang pejabat berjabat Camat beserta ibu dan anaknya. Namun di sana ada bodoh, dan ada pula pintar. Sang pejabat itu pintar dalam menapaki kariernya, namun bodoh dalam memimpin dan bersosialisasi di masyarakat. Demikian pula nyonya dan anaknya.

"Barok" dalam Aan Sugiantomas mengkaitkan diri dengan "Karnadi" dalam "Rusiah Nu Goreng Patut" -- yang konon kabarnya inipun bukan kisah imajinasi, namun kisah nyata pada jaman kolonial. Ketertarikan dengan cerita ini: Barok (tdak bodoh, tidak tahu, sebabtidak pernah) tentu saja sangat beralasan -- karena "Barok" adalah sebuah kecerdikan.

Baik barok maupun Karnadi tidak pula mewakili karakter Ki Sunda secara umum yang secara filosofisna digambarkan oleh Kabayan dan Lamsijan yang terkenal dalam sastra lisan Sunda. Jika Si Kabayan adalah tokoh "bodo tapi pinter", maka dalam Si Lamsijan ada;ah "bodo katotoloyoh". Hal ini yang membuat "Barok" menjadi tokoh keempat setelah Si Lamsijan, Si Kabayan, dan Karnadi.

Selamat buat Barok, Aan Sugiantomas, para artis pendukung. Sukses selalu, dan lanjutkan. 

(Dodo Suwondo sebagai Hyang Purwa Galuh)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: "Barok" Bukanlah Mimpi, Melainkan Uga Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan