Hot News
19 Januari 2019

Keluarga Satu Faktor Generasi Milenial Minim Nasionalisme dalam Menjaga Lingkungan

Oleh : Ati Ariati (PGSD FKIP Uniku)


suarakuningan.com - Indonesia merupakan Negara besar yang memiliki banyak pulau nan indah. Saat ini Indonesia berduka, sedih dan menangis karena pulau-pulau indah telah banyak dirusak oleh bangsa sendiri untuk memenuhi kehidupan. 

Lautan yang luas sudah tak ada terumbu karang untuk ekosistem laut, kini lautan Indonesia dipenuhi banyak sampah bahkan ikan yang hidup dilaut memakan sampah seperti yang diberitakan beberapa waktu lalu adanya bangkai ikan paus yang isi perutnya dipenuhi oleh sampah plastik. 

Banyaknya tempat wisata yang mempesona dunia yang ada di Indonesia tidak terlepas dari sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh pengunjung, walaupun sudah tersedia beberapa tempat sampah di setiap sudut tempat wisata dan adanya peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya namun masih saja banyak orang yang membuang sampah sembarangan. Ketika liburan tiba, banyak keluarga mengajak anaknya untuk berlibur. 

Tak jarang orangtua membiarkan anaknya membuang sampah sembarangan dengan alasan jauh dari tempat sampah yang tersedia dan alasan lainnya yaitu karena adanya petugas kebersihan di tempat wisata tersebut. 

Hal ini membuat anak memiiki karakter tidak peduli terhadap lingkungan, walaupun ketika di sekolah anak dididik oleh guru untuk membuang sampah pada tempatnya namun ketika dalam kehidupan sehari-hari saat bersama keluarga tidak dibiasakan maka karakter menjaga lingkungan tidak akan terbentuk dalam diri anak.

Minimnya rasa nasionalis dalam menjaga lingkungan Indonesia membutuhkan penguatan karakter sesuai dengan program Nawacita seperti yang dipaparkan oleh kemdikbud bahwa pemerintah akan melakukan perbaikan karakter generasi penerus bangsa. Penguatan pendidikan karakter ini lebih banyak difokuskan kepada pendidikan dasar sebanyak 70 persen karena pendidikan dasar merupakan pondasi dalam membentuk kepribadian anak. 

Dalam melaksanakan penguatan pendidikan karakter nasionalis ini harus di dukung oleh tiga pusat pendidikan bagi anak yaitu sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat. Jika ketiga komponen pusat pendidikan bisa bekerjasama dengan baik dalam membentuk rasa nasionalisme peduli lingkungan dalam diri anak maka hasilnya akan optimal bagi anak untuk mencintai indahnya alam Indonesia.

Namun pada kenyataannya, saat ini tiga pusat pendidikan bagi anak terkadang tidak sinkron, antara keluarga, orangtua dan masyarakat sekitar. Seperti halnya ketika di sekolah, seorang anak diberi pengetahuan dan contoh untuk menjaga lingkungan salah satunya adalah tidak membuang sampah sembarangan.

Ketika anak sudah mulai menerapkannya untuk tidak membuang sampah semabarangan justru pada saat anak sedang bersama orangtuanya ketika berwisata banyak orangtua yang membiarkan anaknya membuang sampah sembarangan dengan berbagai alasan.

Mulai dari alasan tempat sampah yang jauh atau alasan karena nanti juga akan ada yang membersihkan yaitu petugas kebersihan di tempat tersebut, padahal dengan begitu orangtua tidak menanamkan kepada anak untuk peduli terhadap lingkungan.

Hal ini membuat anak minim terhadap rasa nasionalisme dalam menjaga negeri Indonesia tercinta. Membiarkan anak membuang sampah sembarangan akan menjadi kebiasaan dan akan berdampak besar bagi lingkungan sekitar, seandainya semua orangtua seperti itu maka dapat dibayangkan Indonesia akan rawan terhadap bencana banjir dan kumuh.

Untuk menghindari hal ini maka seorang guru harus menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua supaya pembelajaran yang diberikan di sekolah bisa dilaksanakan di rumah dalam kehidupan sehari-hari dengan bantuan orangtua supaya lebih optimal.

Cobalah beritahu anak dampak yang ditimbulkan dari membuang sampah sembarangan supaya anak bisa menerapkannya karena sudah tahu akibatnya jika membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak hanya memberikan larangan tapi memberitahu dan menjelaskan sebab akibatnya juga lalu berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari supaya anak ikut terbiasa, karena ada pepatah yang mengatakan bahwa bisa karena biasa.

Setelah anak terbiasa membuang sampah pada tempatnya, anak akan mulai mencintai lingkungan. Lalu cobalah untuk diajak menanam pohon, berikan penjelasan kepada anak dengan menanam pohon akan banyak keuntungan yang diperoleh, seperti menjadikan udara disekitar lebih sejuk dan segar, dapat menyerap air ketika hujan sehingga mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor.

Dahulu Indonesia dikenal dengan paru-parunya dunia karena banyaknya pepohonan di Indonesia bahkan jika dilihat dari udara, Indonesia bagaikan permadani yang hijau. Namun kini lahan-lahan di Indonesia sudah tidak ditanami berbagai pepohonan justru kini banyak pohon yang ditebang dan lahan tersebut dialih fungsikan menjadi lahan untuk perumahan dan perkantoran.

Ajaklah anak untuk menanam pohon, misalnya diawali dengan mengajak anak untuk menanam tanaman strowberi, lalu ajari anak cara merawat tanaman, ketika mulai berbuah anak akan senang dan mulai menyukai menanam pohon dan menjaga lingkungan, setelah itu anak akan lebih mencintai Indonesia karena di Indonesia berbagai tanaman bisa tumbuh dan berbuah. Hal ini menjadikan anak ikut berperan dalam menjaga lingkungan Indonesia sejak dini.

Menanamkan rasa nasionalisme pada anak sejak dini yaitu salah satunya dengan cara memberikan contoh peduli terhadap lingkungan sekitar, karena anak adalah peniru yang unggul. Apapun yang dilakukan oleh orang dewasa akan ditirunya. Dalam hal ini guru dan orangtua sangat berperan untuk memberikan contoh-contoh peduli terhadap lingkungan sekitar, setelah anak peduli terhadap lingkungan sekitar maka akan timbul rasa nasionalisme pada diri anak.***
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Keluarga Satu Faktor Generasi Milenial Minim Nasionalisme dalam Menjaga Lingkungan Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan