Hot News
1 Mei 2020

Berinteraksi dengan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan



Bulan ramadhan adalah bulannya Al-Qur’an. Karena pada bulan Ramadhan Al-Qur’an diturunkan. Allah SWT berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (Q.S Al-Baqoroh: 185)

Maka sudah sepatutnya kita semua menjadikan lebih intens berinteraksi dengan Al-Qur’an. Itu pula yang diajarkan Oleh Rasul dan para sahabatnya ketika berada di bulan Ramadhan ya’ni bertaammul dengan Al-Qur’an baik itu dengan cara membaca, menghafal atau mentadaburi Al-Qur’an.

Menumbuhkan semangat berinteraksi dengan Al-Qur’an di bulan Ramadhan tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu perjuangan, pengorbanan dan manajemen. Berikut tips agar dapat istiqomah berinteraksi dengan Al-Qur’an:

1. Niat yang lurus
Niat yang lurus maksudnya adalah berinteraksi dengan Al-Qur’an harus diniatkan hanya karena Allah. Bukan karena ingin dipuji atau diberi imbalan berupa materi. Sebagai contoh seorang yang bertammul bersama Al-Qur’an dengan cara menghafal maka ia harus berniat semata-mata hanya mengharap keridhoan dari pada Allah SWT. 

Tidak boleh ada dalam hatinya ketika menghafal memiliki niatan agar disebut keren dan Al-hafidz oleh orang lain, dan tidak boleh pula ada keinginan di dalam hatinya agar hafalannya itu bisa menghasilkan materi berupa kehidupan duniawi. Pujian dan imbalan materi hanyalah bonus yang Allah berikan juga merupakan sebagai ujian bagi para penghafal Al-Qur’an. 

Apakah niatnya tetap lurus karena Allah? Ataukah malah menjadi bangga dan menikmati semua bonus yang diberikan Allah sehingga lupa dengan niat awalnya yaitu mengharap keridhoan dari pada Allah SWT.

Niat yang lurus mengharap ridho Allah harus tertanam dari awal, di tengah sampai akhir. Karena ketulusan niat akan senantiasa diuji dan diuji, karena segala sesuatu bergantung kepada niatnya dan niat yang tulus akan senantiasa terus diuji, maka niat yang tulus harus dibarengi rasa syukur dan sabar.

الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى...
"Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan;..” [Hadits Shahih Al-Bukhari No. 52 - Kitab Iman]

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? (Q.S Al-Ankabut: 2)

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تُتْرَكُوْا وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلَا رَسُوْلِهٖ وَلَا الْمُؤْمِنِيْنَ وَلِيْجَةً ۗوَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” ¬(Q.S At-Taubah: 16)

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Q.S Ali Imron:142)

2. Memperbanyak doa
Ikhtiar itu penting, namun jangan terlalu mengandal ikhtiar sehingga lupa dengan senjata ampuh bernama doa. Allah ciptakan manusia sebagai makhluk yang lemah, oleh karena itu perlu kekuatan dengan cara berdoa, karena berdoa artinya menyandarkan kelemahan sebagai manusia kepada dzat yang Maha Kuat yakni Allah SWT.

Seorang yang sudah berniat dan berazam untuk senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an pasti akan digoda oleh syetan dari berbagai penjuru; dari bawah berupa rasa malah, dari atas berupa omongan orang, dari depan berupa pekerjaan yang harus diselesaikan, dari belakang berupa urusan keduniaan, dari kanan ajakan teman serta urusan keluarga, dan dari kiri ajakan nafsu syahwat yang inginnya bersenang-senang. 

Begitulah akan digoda dari segala arah, sehingga wajar manusia punya sejuta alasan untuk tidak mau lama-lama berinteraksi dengan Al-Qur’an. Oleh karenanya, untuk melawan semuanya itu diperlukan kekuatan yang maksimal dan itu kita pinta melalui doa-doa kita kepada Allah yang Maha Kuat.

Sesuatu yang lemah akan menjadi kuat jika bersandar kepada yang Maha Kuat. Maka perbanyaklah doa kepada Allah SWT agar Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada kita didalam beristiqomah interaksi bersama Al-Qur’an. Lihatlah, di dalam surat Al-Baqoroh ayat yang menginformasikan tentang Ramadhan dan Al-Qur’an terselip perintah untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT.

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (Q.S Al-Baqoroh: 186)

3. Menjauhi kemaksiatan
Seuatu yang bersih akan enggan menempel kepada sesuatu yang kotor, sesuatu yang positif akan senantiasa bertolak belakang dengan yang negatif. Al-Qur’an adalah sesuatu yang bersih dan suci, sedangkan kemaksiatan adalah sesuatu yang kotor. Maka seseorang yang ingin di dalam hatinya bersemayam Al-Qur’an harus berkomitmen menjauhi segala kemaksiatan.

Kisah Imam syafi’i yang hilang hafalan beberapa ayat Al-Qur’an karena tidak sengaja melihat betis perempuan yang tersingkap angin cukup menjadi pelajaran untuk kita semua bahwa menginginkan sesuatu yang bersih dan suci itu ada dalam diri kita adalah dengan cara menjauhi sekecil apapun bentuk kemaksiatan.

Banyak kemaksiatan yang tidak kita sadari sehingga kita menjadi terasa sangat sulit untuk senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an. Keinginan sudah begitu kuat dan doa pun tak henti-henti dipanjatkan namun tetap saja terasa berat untuk bertammul bersama Al-Qur’an, bisa jadi masih ada kemaksiatan yang senantiasa kita lakukan dan tanpa kita sadari. Misalnya kemaksiatan kita kepada kedua orangtua, tetangga atau bahkan hewan peliharaan. 

Oleh karena itu pandai-pandailah kita bermuhasabah terhadap diri kita sendiri, kemudian setelah itu berkomitmen serta bersungguh-sungguhlah untuk menjauhi berbagai kemaksiatan.

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.” (Q.S Al-Baqoroh: 42)

4. Menciptakan lingkungan
Motivasi itu bisa timbul dari dari kita sendiri juga terkadang ada dorongan dari luar. Tips yang terakhir ini, yakni menciptakan lingkungan yang kondusif serta mendukung memang bukan penentu agar dapat istiqomah berinteraksi dengan Al-Qur’an, namun akan sangat membantu di dalam proses kita beristiqomah.

Allah dan RasulNya senantiasa mengingatkan kita untuk senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan, bahkan berlomba-lomba dalam melaksanakannya. Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang menjelaskan tentang itu. Anjuran dari Allah dan RasulNya untuk senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan adalah isyarat agar kita dapat menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif dan mendukung di dalam proses kita melakukan amalan-amalan kebaikan.

Begitupun kita dengan Al-Qur’an, hendaknya kita mencari teman yang memiliki frekuensi yang sama di dalam interaksinya dengan Al-Qur’an sehingga menjadikan kita terbawa suasana indah bah di taman-taman syurga.

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (Al-‘Ashr: 3)

اَلرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
“Seseorang bergantung pada agama temannya. Maka hendaknya ia melihat dengan siapa dia berteman.”
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4833), at-Tirmidzi (no. 2378), Ahmad (II/303, 334) dan al-Hakim (IV/171), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.]

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Berinteraksi dengan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan