Hot News
27 November 2020

Saltum

Penulis: Teti Yuniawati ( Pengajar di SMA Negeri Garawangi )


Pernah saltum? Saltum adalah salah kostum ketika menghadiri sebuah acara. Saya pribadi sih sepertinya sering saltum (tertawa) . Ada banyak faktor terjadinya saltum. Dari mulai sengaja, tidak sengaja alias lupa, dan karena tidak tahu. 


Ada tiga kejadian saltum yang saya ingat. Pertama, zaman kuliah sekitar 1997. Saat itu,  saya dan sahabat mendapat undangan menyaksikan pentas Teater Sunda Kiwari di Hotel Preanger Bandung. Kami dengan gaya seadanya ala mahasiswa masuk hotel dengan tingkat kepedean di atas 8.


Waduh, kok yang hadir bapak-bapak berjas dan ibu-ibu berkabaya? 

Agak panik dong kami. Kepedeannya turun 3 tingkat.


Ok, kita cari panitia dan menanyakan teman kami yang ngasih undangan. Setelah ketemu dengan santainya dan senyum simpul (di mata kami sepertinya lagi terbahak bahak, kami dikerjain!) menerangkan bahwa pertunjukan ini, memang sengaja di gelar di  hotel untuk para pejabat dan   menggalang dana juga. Simbiosis mutualisme lah, pejabat butuh hiburan disela-sela kegiatannya yang seabreg dan pelaku seni butuh dana untuk operasional pementasan.


Sambil berbisik dia juga mengatakan sekali-kali lihat pementasannya di hotel dengan pejabat. Pasti sensasinya berbeda dengan nonton di kampus. Ya iyalah. 

"Selamat menikmati pementasan", ujarnya.


Kedua,  Sabtu, 30 Oktober lalu.

Di sekolah ada acara Mubes 1 Alumni. Saya tidak diundang ke acara tersebut. Saya ke sekolah memakai kostum olahraga dan tas pinggang untuk membereskan ruang perpustakaan baru. Pindah ruangan ceritanya. Terbayang kan jika perpus pindah. Koleksi bukunya lebih dari 10 ribu. 


Kepsek dan beberapa guru  memang diundang sebagai perwakilan.  Kami bercengkarama di depan pos satpam.


Tak lama, ada perwakilan alumni memberikan informasi bahwa acara akan dimulai dan bapak ibu diharapkan memasuki ruangan. Saya karena merasa tidak diundang bermaksud pergi ke ruangan baru perpus. Namun, kepsek mengajak  untuk menghadiri pembukaan mubes. 

"Pak, malu, ini pakai baju olahraga".

" Udah, gak apa-apa, ikut aja", katanya.


Akhirnya, duduklah saya di depan dengan kepsek dan dua perwakilan guru. 

Pastilah peserta mubes melihat kami,  terutama saya yang memakai baju olahraha warna hijau terang.  Ups ge er. Saltum.


Saltum terakhir, baru saja kemarin, 26 November. (Senyum-senyum). Saya pakai atasan putih dan bawahan hitam. Seragam buat Rabu. Sadar ketika isi bensin Mio Z kesayangan. Kok banyak yang pakai atasan batik kota kuda ya? Haiiiih Kamis ya pakai batik Jeng! Gumamku dalam hati. Namun, sudahlah lanjut ke sekolah saja  daripada balik ke rumah dengan risiko telat masuk kelas? Apalagi minggu depan  kelas XI pembelajaran jarak jauh lagi. 


Semangat say!


Setiap saltum ambil hikmahnya aja deh. 

Di saltum pertama, saya jadi lebih menghargai seni pertunjukan 

Saltum kedua, saya bisa rilis berita  di  webs sekolah dan media online SK. Padahal  sudah mendelegasikan siswa untuk buat beritanya.

Saltum ketiga, suka tidak suka, mau tidak mau, sebagai pekerja harus mematuhi aturan tentang pakaian yang harus dipakai.


Sebagai manusia tentu tak luput dari kehilapan. Ini juga bentuk teguran dari Maha Terkasih, agar kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk orang lain dan selalu berpikir positif.***


  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Saltum Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan