Hot News
13 Juli 2021

Cukupkah Berdo'a Atasi Pandemi?

oleh Nengani Sholihah

(Penggiat Literasi)


Lonjakan kasus pandemi begitu dahsyat. Rumah Sakit merasa kewalahan dengan meningkatnya kasus positif. Banyak layanan kesehatan yang menolak pasien akibat tidak tersedia bangsal pasien. Bahkan begitu penuhnya pasien, hingga pihak rumah sakit mendirikan tenda darurat.


Lonjakan kasus ini membuat President mengeluarkan kebijakan PPKM Darurat yang berlaku sejak tanggal 3 Juli 2021 - 20 Juli 2021. Berbagai cara dilakukan oleh penguasa untuk menekan kasus terpapar covid-19. Mulai dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah membuat kebijakan agar masyarakat tetap diam di rumah, mengurangi mobilitas dan menghimbau masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya..


Salah satunya adalah Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menghimbau warga desa untuk membatasi mobilitas di luar rumah dan berdo'a pada jam 18.00 di rumah masing-masing sesuai dengan kepercayaannya. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari dimulai secara serentak pada Minggu (4/7/2021). Dengan harapan agar pandemi ini segera berlalu. Himbauan tersebut disampaikan oleh kemendes melalui aplikasi Twitter (detiknews.com, 4/7/2021).


Himbauan ini merupakan pertanda betapa manusia itu membutuhkan keberadaan Maha Pencipta. Hal ini pun menjelaskan bahwa manusia itu lemah, memiliki kekurangan, dan keterbatasan. Sayangnya dengan ego yang dimiliki, manusia merasa tidak membutuhkan aturan yang telah Allah Swt turunkan untuk diterapkan olehnya di semua aspek kehidupan. Agama hanya dibutuhkan ketika keadaan sudah terpojokkan. Namun jika keadaan lapang agama ditinggalkan. Agama tidak boleh turut campur tangan dalam urusan kenegaraan. Inilah yang dikatakan sebagai sekularisme. Sebuah paham yang mengajarkan akan pemisahan agama dari kehidupan. 


Jika pun himbauan berdo'a itu bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Pencipta maka seharusnya jangan hanya disampaikan kepada keluarga saja, namun sampaikan juga himbauan tersebut kepada para pemangku kebijakan. Agar kebijakan yang ditetapkan mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Karena, sejatinya sebuah kebijakan haruslah membawa kemaslahatan bagi seluruh masyarakat bukanlah kemudharatan.


Contoh yang nyata terasa yaitu dalam hal penanganan wabah yang terjadi saat ini. Penguasa memberikan kebijakan PPKM Darurat dengan mengurangi mobilitas masyarakat di luar rumah dan tetap menjaga protokol kesehatan. Namun sayangnya kebutuhan akan jasmani yaitu pangan tidak disediakan oleh penguasa. Walhasil, banyak warga yang melanggar ketetapan yang telah diberlakukan hanya untuk menyambung hidup. Memberikan nafkah untuk keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmaninya. 


Bahkan kebutuhan akan oksigen saat ini naik drastis sementara ketersediaan oksigen semakin langka. Harganya pun menjadi naik. Seperti yang terjadi di kota Bandung Jawa Barat, yaitu  di IGD Edelweiss Hospital dan RS Al Islam mengalami kelangkaan oksigen. Bahkan kedua RS ini tidak menerima pasien yang membutuhkan pernapasan bantuan melalui oksigen. Tidak hanya itu masyarakat pun mengeluhkan kenaikan harga oksigen sekitar 80% dari harga normal. Bahkan tabung oksigen yang bisa diperoleh dengan harga 1 juta kini harganya menjadi 4 juta (BBCNews.com, 7/7/2021).


Wabah ini tidak akan pergi begitu saja jika tidak ada ikhtiar yang serius dari penguasa. Berbagai kebijakan terus diganti-ganti pun tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan. Karena yang disentuh oleh penguasa hanyalah permukaan dari masalah yang dihadapi sementara akar permasalahan dibiarkan menancap dengan tajam.


Maka saat ini adalah momen yang tepat bagi masyarakat dan penguasa untuk bermuhasabah. Melihat secara mendalam penyebab wabah yang berkepanjangan. Jika benar-benar membutuhkan pertolongan dari Allah Swt maka tidak hanya berdo'a yang dihimbau dan dilaksanakan namun juga taubat yang sebenarnya. 


Kembali kepada hukum-hukum Allah adalah satu-satunya jalan yang dapat menyelesaikan permasalah yang dihadapi umat saat ini. Hal itu sudah jelas tertuang dalam pedoman hidup yaitu Al-quran dan As-sunnah. Sebagaimana Ibnu Abbas ra. menuturkan  bahwa Rasulullah Saw bersabda saat melakukan khutbah pada Haji Wada',

"Wahai manusia, sungguh telah aku tinggalkan di tengah-tengah kalian suatu perkara yang jika kalian yakin pasti tidak akan tersesat: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya" (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan Malik).


Wallahu'alam bishshawaab.


  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Cukupkah Berdo'a Atasi Pandemi? Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan