Hot News
9 Maret 2022

Puisi: Bahasa Penari

Vera Verawati



“Ijinkan aku menari.”


Lelaki berwajah keras itu tajam memandang, pemuda dengan bahu kokoh dan warna kulit gelap menjadikannya terlihat gagah.  Tapi selendang dan topeng di wajahnya terlalu lekat untuk dilepaskan. 


“Jiwaku adalah tarian.”


Masih dengan permohonan yang sama, dengan selendang dan topeng yang masih melekat di wajahnya. Dibawah mentari tubuh tegapnya meliuk serupa ular, gemulai seperti rerumputan. Kesana kemari berputar menjelma menjadi penari. 


“Ijinkan aku menari.”


Tak akan ku janjikan surga untukmu, tapi akan kuperjuangkan impianmu tak hanya sekedar rapalan doa-doa belaka. Akan kubangun cinta dari yang kuyakini caraku jatuh cinta. Meski aku anak lelakimu, satu hari nanti kubawakan medali untukmu.


“Jiwaku adalah tarian.”


Bicaraku adalah gerak, musikku adalah alam raya, tidak saja tetabuhan dan gemerincing gelang kaki, bahkan dalam senyap bahasa tubuhku berkata. Tentang rasa, tentang rindu, tentang gelisah, tentang perjalanan.


“Ijinkan aku menari.”


Lelaki sahaja itu mengangguk, tanpa syarat apapun. Mulailah warnai waktu dan hidupmu dengan gerak. Aksaramu adalah susunan ekspresi. Suara-saura kau ciptakan dari setiap elemen tubuh. Kembalilah pada titik kodratmu sebagai lelaki saat kau berdiri disamping kekasih hati.


Bukan tropi dan medali yang dicari, tapi pembuktian atas gagalnya setiap cibiran, tak akan pernah menjatuhkan. Aku adalah penari, tarian adalah jiwa. 


Kuningan, 08 Maret 2022 (Tulisan ini di dedikasikan untuk sahabat Iing Sayuti)


  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Puisi: Bahasa Penari Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan