Oleh : Asep Kamaludien, S.Ip *)
( Kasi Kesra Kelurahan Kuningan )
Mengapa harus berqurban?
Qurban adalah memotong hewan pada Hari Raya Idul Adha tanggal 10 di bulan
Dzulhijjah atau hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
Berqurban
merupakan ibadah yang memiliki penghargaan dan pahala yang besar dari Allah
SWT., karena berqurban merupakan bukti seorang muslim dalam pengabdiannya,
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena demikian tinggi nilai ibadahnya bagi
orang yang beriman, maka disunahkan untuk berqurban. Hal ini sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW. sebagai berikut:
“Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada
hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah
(menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan
tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-
bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah —sebagai qurban— di manapun
hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah
menyembelihnya.” (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi).
Dalam
satu hadis, riwayat Aisyah RA. Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Hai
Aisyah, berikanlah qurbanmu dan saksikanlah qurban itu. Karena sesungguhnya
bagimu dengan tetesan pertama yang menetes dari darah qurbanmu di atas tanah,
Allah akan mengampunimu dosa-dosa yang telah lalu”. Aisyah bertanya: “Ya
Rasulullah, apakah untuk kita khususnya atau untuk orang-orang mukmin secara
umum?” Nabi menjawab: “Bahkan untuk kita dan untuk orang-orang mukmin secara
umum”.
Dari
Sayyidina Ali RA. berkata: “Barangsiapa yang keluar rumahnya untuk membeli
binatang qurban, maka setiap langkahnya dicatatkan sepuluh kebaikan, dihapus
dari dirinya sepuluh macam dosa dan diangkat derajatnya sampai sepuluh tingkat.
Apabila ia berbicara untuk membelinya, maka pembicaraannya itu sama dengan
membaca tasbih. Apabila ia membayar kontan uang binatang qurban itu, maka
baginya dengan setiap dirham diganti tujuh ratus kebaikan. Apabila ia
menjatuhkan binatang qurban itu ke tanah hendak disembelihnya, maka setiap
makhluk mulai dari tempat binatang itu sampai bumi ke tujuh akan memohonkan
ampun untuknya. Apabila ia telah menumpahkan darah binatang qurban, maka Allah
menciptakan dengan setiap tetes darahnya, sepuluh Malaikat yang memohonkan
ampun untuknya sampai hari kiamat. Dan apabila ia membagi-bagikan dagingnya,
maka baginya dengan setiap suap, seperti memerdekakan budak dari anak cucu Nabi
Ismail AS”.
Dalam
hadits riwayat Thabrani disebutkan:
“Barangsiapa yang melakukan penyembelihan qurban untuk kesucian jiwanya dan
semata-mata mengharapkan ridho Allah dengan qurban itu, maka qurbannya itu akan
menjadi perisai baginya dari api neraka”.
Dari
beberapa riwayat tersebut kiranya dapat dipetik simpulan, bahwa ibadah qurban
memiliki banyak keutamaan dan sangat dianjurkan bagi seseorang yang mampu dan
memiliki kelebihan rizki untuk melaksanakannya.
Ibadah Qurban Membentuk Kesalehan Umat
Tanggal 10 Dzulhijjah disebut pula hari raya qurban, karena setelah shalat Idul
Adha dan 3 hari berikutnya (yaum al-tasyriq), Allah SWT. memerintahkan kepada
umat Islam yang mampu untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan menyembelih
hewan qurban.
Penyembelihan
hewan qurban, di samping sebagai suatu bentuk ibadah (taabud ila Allah), dapat
pula dilihat secara simbolik. Artinya, bahwa qurban dapat dimaknai sebagai
bentuk penyembelihan (pengendalian/pengekangan) hawa nafsu hewaniyah dan nafsu
egosentris yang menjadikan manusia serakah, tidak mengenal norma agama, moral
dan hukum serta nafsu yang selalu mendorong ke arah kehancuran dan kebinasaan.
Berbicara
tentang nafsu sebagai daya nafsani pada dasarnya memiliki banyak pengertian.
Pengertian Pertama, nafsu dimaknai sebagai nyawa manusia yang wujudnya berupa
angin yang keluar masuk dari dalam tubuh manusia melalui mulut dan
kerongkongan. Kedua, nafsu diartikan sebagai gabungan psikofisik manusia dan
merupakan struktur kepribadian manusia. Ketiga, nafsu diartikan sebagai
daya-daya nafsani yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan al-ghadhab dan
al-syahwat (Mujib, 1999: 70).
Dari
tiga pengertian tersebut, maka pengertian terakhirlah (ketiga) yang dimaksud.
Ghadzab adalah suatu daya yang berpotensi untuk menghindarkan diri dari segala
yang membahayakan. Ghadhab dalam terminologi psikoanalisa disebut dengan
defense (pertahanan, pembelaan, dan penjagaan), yaitu tingkah laku yang
berusaha membela atau melindungi terhadap kesalahan, kecemasan, dan rasa malu,
perbuatan untuk melindungi diri sendiri, serta memanfaatkan dan
merasionalisasikan perbuatan sendiri.
Berbeda
dengan ghadhab, syahwat adalah suatu daya yang berpotensi untuk menginduksi
dari segala yang menyenangkan. Syahwat dalam terminologi psikologi disebut
dengan appetite, yaitu hasrat (keinginan, birahi, hawa nafsu), motif atau
impuls berdasarkan perubahan keadaan fisiologis (lihat, Mujib dan Mudzakir,
1991: 56).
Prinsip
kerja nafsu mengikuti prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan berusaha
mengumbar impuls-impuls agresif dan seksualitas. Apabila impuls-impuls ini
tidak terpenuhi, maka terjadi ketegangan diri. Prinsip kerja nafsu ini memiliki
kesamaan dengan prinsip kerja binatang, baik binatang buas (al-subuiyat) maupun
binatang jinak (al-bahimiyyat). Binatang buas memiliki impuls seksual. Oleh karena
prinsip inilah, maka nafsu ini disebut juga fitrah hayawaniyah (Mujib dan
Mudzakir, 1991: 56).
Dalam
terminologi psikologi, nafsu lebih dikenal dengan sebutan konasi (daya karsa).
Konasi (kemauan) adalah bereaksi, berbuat, berusaha, berkeinginan, dan berkehendak.
Aspek konasi kepribadian ditandai dengan tingkah laku yang bertujuan dan impuls
untuk berbuat (Chaplin, 1989: 101). Nafsu menunjukkan struktur di bawah sadar
dari kepribadian manusia. Apalagi manusia mampu bereksistensi, baik di dunia
dan di akhirat. Manusia model ini memiliki kedudukan yang sama dengan binatang
bahkan lebih hina. Sebagaimana Firman Allah SWT.dalam surah al-Araf ayat 179
sebagai berikut Artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai (QS. Al-Araf: 179)
Hal
ini dikarenakan nafsu selalu memikirkan dan mencari kelezatan dunia sesaat dan
menutup pandangan hidup yang lebih jauh, yaitu kehidupan akhirat yang abadi.
Sementara itu, dalam surah al-Shaffat ayat 100-107, Allah menggambarkan
bagaimana beratnya Nabi Ibrahim AS dan istrinya, yang harus kehilangan anak
tercinta mereka yang telah lama diidamkan, bagaimana pula sang anak Ismail AS
yang merelakan jiwa raganya dikorbankan, demi melaksanakan perintah Allah SWT.
Selain
sebagai bentuk pengekangan hawa nafsu dan pengendalian diri, nilai lain dari
ibadah qurban memuat nilai-nilai praktis kemasyarakatan dan kesosialan. Dalam
pengertiannya yang lebih luas ibadah qurban merupakan aktualisasi dan realisasi
ajaran keadilan sosial di dalam Islam.
Dalam
berqurban membutuhkan kesiapan mental dan materi. Oleh karena itu, seorang
muslim yang mampu secara materi diperintahkan oleh Allah SWT. untuk
mengorbankan sebagian dari hartanya untuk membantu orang-orang yang tidak
mampu, yang memerlukan uluran tangan dari orang-orang yang diberi rizki dari
Allah SWT.
Di
sinilah, mentalitas seorang hamba berupa kesediaan dan kerelaan berkorban ini
diharapakan bukan hanya pada momen hari raya qurban, tetapi membekas untuk
setiap saat dan kesempatan. Apalagi di negara dan bangsa kita saat ini, di
mana-mana terdapat banyak kantong-kantong masyarakat miskin, sering terjadi
berbagai macam musibah yang menuntut kesiapan dan kesediaan berkorban yang
lebih besar lagi bagi setiap warga negara untuk membantu mereka yang kurang
beruntung dan menderita karena tertimpa musibah.
Semoga
dengan momen hari raya qurban ini, selain bertujuan untuk beribadah kepada
Allah SWT, juga sebagai sarana bagi kita untuk saling membantu kepada sesama
dan menyambung tali silaturrahim kepada seluruh umat Islam di sekitar
lingkungan kita. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita semua agar
mampu istiqomah dalam menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua
larangan-Nya.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.