Hot News
28 Agustus 2023

Memaknai Kemerdekaan



 

Oleh Susi

Ibu Rumah Tangga

 

Perayaan kemerdekaan Republik Indonesia sudah dimeriahkan masyarakat di berbagai tempat, baik kota maupun desa, sekolah atau lembaga lainnya. Secara de-jure negeri-negeri kaum Muslim, termasuk negeri ini, memang sudah dinyatakan merdeka, ini karena kaum penjajah telah lama meninggalkan negeri kaum Muslim. Namun, secara de-facto pemikiran, mindset dan cara pandang penjajah itu tetap dipertahankan, terutama oleh para penguasa dan elit-elit politiknya.

 

Penjajahan fisik yang dialami bangsa ini memang sudah lama berakhir. Negeri ini bahkan telah merayakan Hari Kemerdekaan sekaligus Hari Ulang Tahun (HUT)- nya yang ke- 78.

 

Namun sayang, setelah 78 tahun merdeka, cita cita kemerdekaan yang diharap-harapkan oleh bangsa ini - adil, makmur, sejahtera, gemah ripah loh jinawi- masih jauh panggang dari api.

 

Disisi lain, kesenjangan ekonomi makin melebar, kekayaan alam lebih banyak dinikmati oleh segelintir orang.

Yang tak kalah memprihatinkan, utang negara makin bertumpuk. Korupsi makin menjadi-jadi. BUMN banyak yang merugi, banyak proyek infrastruktur yang kemudian menjadi beban negara, seperti proyek kereta cepat dan IKN.

 

Pada saat yang sama, ketidakadilan makin nyata. Hukum makin tajam kebawah dan makin tumpul ke atas.

Belum lagi kita bicara moral. Faktanya, hari ini moralitas generasi muda makin merosot. Perilaku seks bebas makin liar. Bahkan banyak remaja terjerumus kedalam perilaku LGBT. Ragam kriminalitas pun makin hari makin beragam dan makin mengerikan.

Semua persoalan yang membelit bangsa ini bermuara pada keterjajahan bangsa ini secara non fisik, bahkan dalam wujud yang paling fundamental  yakni keterjajahan secara pemikiran/Idiologi, telah lama bangsa ini terjajah oleh pemikiran/Idiologi kapitalisme-sekuler yang menjadikan bangsa dan negeri ini terjajah secara non fisik dalam berbagai bidang lainnya.

 

Merdeka Dari Segala Bentuk Penjajahan

 

Penjajahan, baik fisik maupun non fisik, sesungguhnya merupakan manifestasi dari Isti'bad (perbudakkan), yaitu menjadikan manusia sebagai budak bagi manusia lainnya. Karena itu Islam telah mengharamkan penjajahan. Allah SWT berfirman :

" Sungguh aku adalah Allah. Tidak ada tuhan yang lain, selain aku. Karena itu sembahlah aku ".(Qs Thaha (20):14).

 

Imam ath - Thabari menjelaskan :

" Innani ana Allah (sungguh aku adalah Allah)." Bermakna : Allah menyatakan " Sungguh Akulah Tuhan Yang berhak disembah. Tak ada penghambaan kecuali kepada Dia. Tidak ada satupun tuhan, kecuali Aku. Karena itu janganlah kalian menyembah yang lain, selain Aku.

Sungguh tidak ada yang berhak menjadi tempat menghambakan diri,yang boleh dan layak dijadikan sembahan, selain aku." Lalu Frasa," Fa'budni (katena itu sembahlah aku)." bermakna : Allah menyatakan," Murnikanlah ibadah hanya kepada-ku,bukan sesembahan lain, selain Aku."( Ibn jarir at-Thabari, Tafsir ath-Thabari, Qs Thaha (20):14).

 

Tampak pula dari kalimat Rub'i bin 'Amir kepada panglima persia,Rustum :

" Allah telah mengirim kami untuk mengeluarkan(memerdekakan) siapa saja yang dikehendaki dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah; dari sempitnya dunia menuju keluasannya; dari kezaliman agama-agama yang ada menuju keadilan Islam".(Ibn jarir at-thabari Tarikh al- Umam wa al-muluk, 3/520; Ibn Katsir Al- Bidayah wa an- Nihayah,7/39).

 

Inilah spirit Islam. Spirit ini muaranya ada pada kalimat tauhid " La Ilaha illallah, Muhammad Rasulullah ".

 

Atas dasar ini, menjadi kewajiban kaum muslim secara bersama untuk bertafakur menyertai rasa syukur, dengan melihat realitas yang ada dinegeri kita disegala bidang, sudahkah sistem yang mengatur kehidupan umat disegala bidang ditegakkan diatas prinsip tauhid ?

Jika belum, menjadi tugas kita bersama untuk mewujudkan kemerdekaan hakiki itu.

Dengan demikian, bangsa dan negeri ini bisa dikatakan benar meraih kemerdekaan hakiki ketika mereka mau tunduk sepenuhnya kepada Allah.

Selain itu, misi Islam adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Maka dari itu, tidak ada negeri yang dikuasai Islam berubah kusam, sengsara, mundur dan terbelakang.

Alhasil, bangsa dan negeri ini pun, jika ingin lepas dari "kegelapan" menuju "cahaya", atau jika ingin bebas dari segala keterpurukan (sebagaimana saat ini) menuju era kebangkitan dan kemajuan, mau tidak mau, harus merujuk pada Islam. Caranya dengan menerapkan pemikiran/Idiologi dan sistem Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.

 

Wallahu a'lam bi ash shawab.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Memaknai Kemerdekaan Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan