Hot News
11 Desember 2023

Bimbingan Guru dalam Membangun Mental yang Sehat dan Mencegah Perundungan



oleh: Tahrul Mutaqin 

Mahasiswa Universitas Islam Al-Ihya Kuningan


Kesehatan mental adalah kondisi kesehatan pada batin atau jiwa seseorang yang apabila mental atau jiwa nya sehat, maka akan menghasilkan tindakan yang positif seperti merasa tenang dalam kondisi apapun, seperti optimis, menghargai sesama, dan lain sebagainya. 


Begitupun sebaliknya apabila mental nya kurang sehat maka akan menghasilkan tindakan yang kurang baik seperti pesimis, kurang percaya diri, tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan lain sebagainya. 


Sebagaimana mengutip dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia "Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.


Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk."


Kesehatan mental dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek, yang paling utama adalah aspek pendidikan. Pendidikan itu sendiri dapat artikan suatu usaha untuk merubah perilaku, pengetahuan, dan kemampuan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.


Dalam pendidikan mengenai mental atau jiwa yang baik, tentu saja pendidikan agama yang bertanggungjawab terhadap hal itu. Karena seharusnya agama menjadikan penganutnya menjadi manusia yang dapat berperilaku baik dalam hidupnya. 


Dalam Agama penganutnya diajarkan untuk selalu berbuat baik seperti mencintai dan menghargai sesama, bersyukur, optimis, dapat bermanfaat bagi orang lain dan hal hal baik lainnya. Artinya agama seharusnya dapat membuat penganutnya menjadi tidak kacau dalam berkehidupan. Sebagaimana pengertian agama itu sendiri yang memiliki arti "tidak kacau".


Lalu bagaimana jika agama yang seharusnya menjadikan penganutnya menjadi manusia yang baik yang dapat memanusiakan manusia malah dibeberapa kasus ada penganut agama yang justru melakukan hal yang bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.


Seperti kasus yang terjadi di salah satu pesantren yang cukup terkenal di Kuningan (Rabu,6 Desember 2023) terjadi pengeroyokan kepada seorang santri yang dilakukan oleh teman-temannya sendiri hingga kondisinya memprihatinkan dan harus dilakukan operasi di RS sampai akhirnya meninggal dunia. Yang sangat disayangkan dan tentu saja mengecewakan adalah kasus tersebut terjadi di Pesantren yang notabene tempat yang dianggap intens dalam pengajaran Agama.


Dalam kasus kasus yang sama tentu saja bukan agamanya yang salah, tetapi penganutnya. Lalu apa kiranya yang menyebabkan penganutnya melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang dianutnya? Setidaknya penulis dapat berasumsi bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangan zaman, pola asuh yang kurang mengedepankan bimbingan, serta ada kelengahan dari para guru untuk selalu mengutamakan aspek afektif dalam pendidikan. 

Sehingga ajaran agama yang baik khususnya dalam membina akhlak, yang seharusnya dapat terserap dan dapat dibiasakan dalam kehidupan para santri tidak terlalu difokuskan yang mengakibatkan terjadinya kasus seperti diatas.


Perkembangan zaman yang sudah sangat canggih mengakibatkan bercampurnya budaya luar dengan budaya lokal. Misalnya di negara Arab atau barat, perilaku memukul atau mengusap kepala orang lain adalah hal wajar dan tidak ada yang tersinggung, tetapi di Indonesia justru sebaliknya.


Pola asuh yang dianggap benar, misalnya guru hanya merasa senang dan puas ketika anak didiknya memiliki kemampuan kognitif dan psikomtor yang baik dan lupa bahwa seharusnya segala pembelajaran harus dikaitkan dengan akhlak atau aspek afektif.


Sehingga kurangnya guru untuk selalu memantau aktivitas anak didiknya dan gagal membaca perilaku yang berpotensi mengakibatkan terjadinya perundungan. Di sisi lain pihak lembaga lebih mengutamakan kuantitas bukan kualitas, khususnya dalam akhlak.


Tanggung jawab seorang guru yang sangat berat yang memang bukan hanya sekedar pengajar atau muallim namun juga sebagai muaddib dan Mursyid yang harus selalu ada dan membimbing muridnya di Dunia sampai bisa selamat sampai ke Akhirat.


  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Bimbingan Guru dalam Membangun Mental yang Sehat dan Mencegah Perundungan Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan