Hot News
19 Oktober 2016

Ada Apa Dengan Muhyi?

Benning Rizahra (Kuningan, Jawa Barat)
Guru Konsultan Sekolah Literasi Indonesia Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa


Anak-anak yang selau penuh dengan keceriaan ketika di dalam kelas dengan pembelajaran yang membuat mereka senang. Membuat anak-anak patuh, memperhatikan, disiplin, rajin, dan memahami apa yang diajarkan guru merupakan tugas saya sebagai guru selama penempatan di MI Al-Ikhlas.

Sekolah yang berlokasi di kampung Gunung Putri desa Sukatani kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur ini akan menjadi tempat saya berbagi ilmu dan kasih sayang dengan anak-anak disini selama setahun masa pengabdian.

Begitupun dengan siswa kelas 5 yang sempat aku masuk beberapa kali untuk menggantikan guru yang berhalangan hadir. Pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan ketika saya ajak mereka untuk bernyanyi-nyanyi, memberikan permainan, dan menyamaikan materi dengan methode yang membuat mereka tertarik.

Tapi, Muhyi siswa laki-laki yang berusia kurang lebih 11 tahun ini selalu saja ada tingkah lakunya yang membuat saya sedikit jengkel. Menganggu temannya, bernyanyi ketika belajar, tidak menulis, tidak mengerjakan tugas, selalu izin untuk ke kamar mandi, dan banyak lagi tingkahnya yang membuat saya harus tarik nafas dalam-dalam.

Mencoba berbagi kisah dengan guru-guru lain, terutama berkenaan dengan Muhyi ini. Sangat menakjubkan ketika mengetahui tingkah lakunya selama di sekolah ini. Lebih parah dari yang saya ketahui.

Pernah satu kali, ketika meminta siswa untuk menuliskan yang mereka baca, Muhyi malah dengan asiknya memainkan pensilnya. Tidak ada satu hurup pun yang dia tulis. Seketika itu pun saya bertindak tegas, saya suruh dia ke depan dan menjawab semua pertanyaan saya. Saya tanyakan kenapa tidak menulis dengan nada yang sedikit tinggi, namun dia hanya tertawa dan tanpa jawaban apapun. Sampai ada siswa lain yang nyeletuk “enya bu si Muhyi mah tara nulis bae, sok ngaganggu bae.” Kurang lebih temannya itu menyatakan bahwa memang Muhyi jarang nulis dan suka mengganggu temannya.

Setelah anak itu selesai berbicara, arah mata ini tertuju lagi pada Muhyi yang hanya bisa tertawa. Sama sekali tidak mengerti dengan tingkahnya itu.

Perlahan mencoba dekati dia saat waktu istirahat, namun dia selalu menghindar apabila hanya dia sendiri, ketika didekati bersama yang lain di hanya diam, padahal tujuan saya ingin mengetahui lebih lanjut tentangnya.

Ketika kembali ada kesempatan masuk ke kelasnya lagi, saya harus siapkan strategi untuk mengetahui sebenarnya apa yang terjadi dengannya. Dia yang cukup banyak bercanda dengan temannya, hari itu saya beri dia sebuah tanggungjawab. Saya memintanya untuk menjaga agar tidak ribut didalam kelas, apabila ribut dia yang akan kena hukuman.

Cukup berjalan dengan baik, ketika saya berkata “kok ribut yah”, dengan segera dia mengucapkan “tepuk diam” yang dilanjutkan dengan srakan “cekrek”. Ya itu salah satu tepuk agar membuat anak-anak tidak berisik dan mengunci mulutnya saat menulis.

Selain itu, pendekatan saya lakukan dengan cara setiap 10 menit sebelum sekolah saya adakan sesi curhat bersama anak-anak. Fokus tertuju pada Muhyi, namun dia tak menceritakan apapun. Akhirnya saya hanya memotivasi mereka untuk menjadi anak yang baik yang menjadi kebanggan semua orang, dan menunjukan seberapa senangnya menjadi anak yang baik dan menjadi kebanggan.

Seiring berjalannya waktu, ketika ada kesempatan mengajar kembali di kelasnya, saya akan selalu meminta dia untuk maju dan membacakan hasil jawabannnya ketika ada tugas. Saya lihat dengan teliti, ternyata dia sudah bisa menulis dan membaca, bahkan jauh diatas beberapa temannya yang masih belum lancar dalam membaca dan menulis. Pemenrian reward berupa pujian, berupa sosok yang harus dicontoh teman-temannya ketika dia dapat menyelasaikan tugasnya dengan baik, semoga membuat dia akan selalu terus berusaha untuk menjadi siswa yang lebih baik.

Yang biasanya ketika bertemu dia menghindar, dan bahakan ketika bersalaman dia menunggu temannya terlebih dahulu bersalaman, sekarang masih jauh untuk sampai ke kelas, Muhyi sudah berlali mengejar untuk bersalaman.

Senangnya melihatnya seperti ini, lalu ketika di kelas melihatnya patuh untuk melaksanakan apa yang diperintahkan, mau maju tanpa paksaan, semoga akan lebih baik anak ini, walaupun kadang dia maasih tetap saja usil. Namun itu semua merupakan kemanjuan, semoga kelak dia dapat mencapai cita-citanya menjadi seorang tentara.

Walaupun sampai detik ini saya belum mengetahui kenapa di seperti itu dulu, hanya dapat berasumsi mungkin kadang anak tidak terperhatikan betul, faktor lingkungan, dan lain-lain. Semoga bisa membuatnya menjadi Muhyi yang lebih baik, Muhyi yang tidak dicap lagi oleh guru-guru sebagai anak yang nakal.***
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Ada Apa Dengan Muhyi? Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan