Hot News
28 Februari 2022

Memaknai Isra dan Mi’raj

 

Isra’ dan Mi’raj merupakan mukjizat besar yang diberikan kepada Nabi Muahammad  saw.  sebagai utusan terakhir . Begitu banyak penjelasan yang disampaikan oleh para ulama di dunia ini , namun yang paling penting adalah bagaimana kita umat Islam  memaknai peristiwa besar itu sebagai sebuah pelajaran berharga yang bisa dijadikan sebagai pijakan dalam menapaki kehidupan  pada masa sekarang ini dan yang akan datang


Isra’ dan Mi’raj itu terjadi pada tahun  ke sepuluh kenabian Muhammad SAW. Pada bulan Rabiul Awal di mana pada tahun itu juga beliau ditinggal wafat oleh istri tercinta Khadijah ra. Sebaik-baiknya pendamping dan pendukung misi dakwah Rasulullah SAW.

Dan di tahun itu juga setelah Khadijah wafat  paman beliau Abu Thalib meninggal . Meskipun beliau meninggal dalam kekafiran namun  beliau adalah termasuk sebaik baik pembela Rasulullah  dalam menghadapi tekanan orang-orang musyrik Quraisy .  

Jumlah umat Islam saat itu masih bisa dihitung dengan jari  yaitu kalangan keluarga dan orang-orang terdekat dengan Rasulullah.  Secara manusiawi  Rasulullah SAW sungguh telah kehilangan pendukung dan pembela dalam menyokong penyebarkan misi besar  yaitu menyebarkan Dinul Haq  Al Islam… Namun beliau masih memiliki harapan  dicarilah usaha lain dengan mencari  perluasan dukungan masyarakat  karena beliau mengkhawatirkan masa depan keberlangsungan dakwah Islam itu sendiri . 

Maka beliaupun pergi ke Thaif berharap dukungan dakwah dari penduduknya, namun yang terjadi sebaliknya beliau ditolak bahkan dilempari batu  samapi dua kaki beliau berdarah.  

Di saat  minimnya dukungan  dan sokongan  di situlah ujian kesabaran  seorang rasul , maka beliau dengan  ketulusan  hati  mengadukan kelemahan  beliau mengadukan kepada Allah dengan doa yang terkenal  :   " Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu."

Berkat kesabaran , ketulusan dan ketawakalan Rasulullah SAW, Allah berikan kado yang hebat  yang berupa tiket  Isra’ dan Mi’raj  yang merupakan tanda kenabiannya .  

Sebuah pelajaran yang berharga bahwa satu misi suci  bila dilakukan dengan penuh kesabaran , ketulusan dan ketawakalan  tentu akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.  Yang kita maksud kesabaran  adalah  sabar menghadapi ujian dan cobaan dalam berjuang  mengemban misi kebaikan ,  ketulusan adalah keikhlasan  hanya mengharap ridha Allah SWT.  Yang tentunya mengedepankan kepentingan umat  dari pada ambisi dunia untuk kepentingan pribadi .  

Dalam kehidupan bermasyarakat , ber politik  dsb. bisa saja antar oknum melakukan  cara-cara yang jauh dari  sifat  ikhlas  yang  hal itu  akhirnya  tidak mengantarkan  mereka kepada esensi  tujuan perjuangan yang sebenarnya.

Isra’ dan Mi’raj merupakan pelipur lara  buat Nabi Muhammad  saw  dan dalam perjalannya itu beliau akan menerima tugas besar  yaitu perintah melaksanakan peintah salat wajib lima waktu dalam sehari semalam untuk  beliau dan umatnya.    

Kejadian  Isra’ dan Mi’raj murni  adalah  ujian  dari Allah untuk orang-orang beriman  sejauh manakah keimanan mereka.  Tidak sedikit umat Islam pada saat itu goncang  terlebih lebih  ejekan orang-orang kafir Quraisy  dan tuduhan bahwa Muhammad  telah gila. 

Karena dengan logika  mereka bahwa  bagaimana mungkin  perjalanan  dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha  lalu  ke langit tujuh  ditempuh dalam satu malam?  Bagi orang  beriman tentu  meyakini bahwa Allah mampu melakukan apa saja   seperti  menciptakan alam semesta ini termasuk di dalamnya  umat manusia  yang akal mereka belum mampu mengungkap seluruh  rahasia  ciptaan-Nya  padahal mereka  diperintah untuk  memikirkannya  agar mereka percaya akan keberadaan-Nya  dan ke -Maha Esaan-Nya . 

Oleh karena itu pantaslah  sahabat  nabi terdekat  Abu Bakar  dijuluki  Al Shiddiq  karena keteguhan imannya percaya tanpa keraguan disaat sebagian orang -orang Islam tergoncang atas kejadian Isra’ dan Mi’raj .

Perintah Shalat Lima Waktu  disamping sebagai perintah wajib  tapi juga merupakan  Mi’raj  seorang muslim  tatkala menghadapi  berbagai masalah. Sebesar apapun masalahnya  untuk  mengadu kepada Allah.

Coba bayangkan tatkala Rasulullah  Mi’raj  ke langit  ketujuh tentu melihat  bumi yang kita pijak ini  begitu  kecilnya  dengan berbagai masalahnya  yang bagi Allah adalah kecil  dan  mudah, maka tentunya kita  harus minta solusi kepada Dzat Yang Maha Agung , Maha Serba Bisa  dan Maha Kuasa yaitu Allah SWT. karena alam semesta  dengan mudahnya Dia ciptakan .

Isra’ dan Mi’raj mengajarkan kepada kita  agar teguh pendirian dalam memegang prinsip  Islam, sebagai  satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah  SWT.  Dan sabar  berpegang  teguh dengan prinsip Islam dan melaksanakan syare’atnya akan mengantarkannya kepada kebahagiaan di dunia dan akherat  dan hal itu merupakan  title “ ubudiyah “  ( penghambaan )  sejati bagi  setiap  seorang  muslim .  

Di dalam Al Qur’an  Allah memberikan sebutan kepada Nabi Muhammad SAW.  dengan sebutan  kata   “abdun”  

" سبحان الذي أسرى بعبده ليلا "

 Abdun  artinya hamba, berarti  titel abdun adalah  titel  yang  paling mulia di sisi Allah SWT.  tidaklah  hal itu  bisa dicapai  seseorang  kecuali  mendapat taufik  dari Allah swt. Allah berfirman :

(وَلَوْلَا أَن ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا ) الإسراء (74)

Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,

Isra’ dan Mi’raj  mengajarkan kepada kita bahwa  Masjidil Aqsha yang diberkahi  harus mendapat perhatian  dari umat Islam karena ia telah diabadikan namanya oleh Allah SWT.  Yang  sementara ini dengan kondisi politik global se dunia  umat Islam  dalam suasana  diuji dengan cobaan untuk tidak diberikan kesempatan oleh penjajah Zionis untuk  memberikan perhatian mereka terhadap Masjidil Aqsha . 

Perjalanan Isra’ dan Mi’raj  mengukuhkan sebuah hubungan sejarah secara fisik dan  secara langsung  sebuah pergulatan  keagamaan diakui atau tidak diakui  oleh  dunia , karena apa yang terjadi  nampak jelas bagaimana pengrusakan dan penghancuran yang dilakukan penjajah Ziaonis dan para pendukungnya yang membuat  Masjidil Aqsha dalam ancaman besar . Sungguh  dosa besar bila umat Islam lalai akan perhatian mereka kepada Masjidil Aqsha . Semoga Allah menyelamatkan Masjidil Aqsha dari tangan-tangan kotor . Wallahu ‘a’lam bishawab .


Penulis:  Maksudi Nawawi, Lc

Guru Pendidik Madrasah Aliyah .


  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Memaknai Isra dan Mi’raj Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan