Hot News
2 Maret 2022

Tindak Lanjut Menembus Langit ke Tujuh


(Kajian Isra’ Mi’raj)

oleh:  Dr. Ugin Lugina, M.Pd.

Ketua DMI Kuningan

 

“Maha suci Allah yang telah menjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang kami berkati sekelilingnya untuk kami perlihatkan kepadanya tanda-tnda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah maha mendengar lagi melihat “ (QS. Al Isra:1)

Di antara yang menarik dari peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, yakni tentang Buraq dan Langit Ketujuh. Telaah terhadap peristiwa ini tepat bila menggunakan sudut pandang Agama, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam menggapai keyakinan dan hikmah terhadap kebesaran Allah SWT.

 

Langit Ketujuh

Kebenaran peristiwa Nabi Muhammad SAW. menembus langit ketujuh ditegaskan dalam QS. An Najm:14-16.

Menurut QS. Al Mulk: 3: “langit itu terdiri atas 7 lapis “ Dan QS. Az Zumar :10 menyatakan, “keberadaan Bumi Allah itu sangat Luas”: Dari kalimat itu, betapa masih banyak tak tersentuh oleh kemampuan manusia tentang kedalaman perut bumi dan ketinggian batasan langit.

Tujuan akhir perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. adalah menghadap Allah di dekat Pohon “ Sidrat al Muntaha” di atas langit ketujuh, berdekatan dengan Syurga di bawah arasy Allah. (Prof. Dr. H. Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, hal. 110).

Menurut Muh. Asad, penterjemah dan penafsir Al Qur’an dalam Bhs. Inggris, menerjemahkan “Sidrat al Muntaha”  dalam QS. An Najm itu dengan “Lotetree of the farthest limit” (pohon Lotus pada batas yang terjauh), dalam Bhs. Indonesia Pohon Lotus = Teratai, Seroja.

Namun yang terpenting dari arti harfiah itu, adalah makna simboliknya (Sunda=siloka). Pohon Lotus padang pasir yang terdapat dikawasan Timur Tengah dianggap sebagai lambang “kebijakan / wisdom” . Dan diterangkan para ahli tafsir, Sidrat al Muntaha adalah lambang kebijakan tertinggi dan terakhir yang tidak teratasi lagi kebijakan tertinggi lainnya. Dan itu dapat dicapai oleh seorang manusia pilihan yang sekaligus mencapai kebijakan tertinggi atas karunia Allah SWT. Nabi pun menerangkan bahwa dibalik pohon Sidrah itu adalah misteri yang hanya Allah yang tahu.

Makna simbolik lain dari Sidrah adalah kerindangan dan keteduhan, sehingga melambangkan ketenangan dan kedamaian. Jadi keberangkatan nabi Muhammad SAW. berarti telah mencapai tingkat ketenangan, kedamaian dan kemantapan batin yang tertinggi.

Sementara telaah tentang langit oleh kalangan astronomi modern, salah satu teori (dan spekulasi) ilmiah menyatakan bahwa batas paling luar alam raya adalah lekukan langit (curvature) yang radiusnya dari permukaan bumi, sepanjang garis perjalanan cahaya selama 11 Milyar tahun, yaitu dengan memperhitungkan jarak bintang paling jauh, yang kini “kebetulan” sudah diketahui. Karena kemungkinan yang belum diketahui masih banyak.

(QS. Al-Shaffat:6 “ Allah menghiasi langit dunia atau langit pertama ini dengan bintang-bintang”)

Jadi bisa dibayangkan, betapa jauhnya “batas luar” alam raya ini. Dan filosofi Bangsa Arab maupun masyarakat sunda (siloka urang Sunda) cukup kental menyebut angka tujuh sebagai perumpamaan begitu lamanya atau begitu jauhnya juga begitu banyaknya, seperti: “Aki-Aki Tujuh Mulud…, Datang ka tujuh turunan…, Geura mandi di tujuh sumur… ”

Jadi, posisi langit lapis ketujuh pun sekaligus bermakna betapa ketinggian Allah SWT. Yang sangat amat luar biasa.

 

Perangkat Menuju Langit Ketujuh

´Hai Jamaah Jin dan Manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi ) penjuru langit dan bumi maka lintasilah, kamu tidak dapat melintasinya (menembusnya) melainkan dengan kekuatan (QS. Ar Rahman: 33)

Dalam sudut pandang penulis, terdapat dua kekuatan untuk menaklukan/mengelola jagat raya bahkan hingga menembus langit ketujuh, yakni kekuatan lahir yang dikukung IPTEK serta kekuatan bathin dengan modal iman di hati.

Profil Muhammad SAW. dipilih Allah melalui uji coba kehidupan sejak usia dini, beliau sungguh memiliki keseimbangan lahir dan bathin. Baik kemandiriannya sejak yatim piatu, menggembalakan kambing, kerja keras dalam perdagangan, serta selalu bersikap positif di tengah-tengah masyarakat Jahiliyah, sehingga wajar bila spontanitas masyarakat saat itu memberinya gelar “Al Amin” atas kejujuran dan kesucian jiwanya.

Sehingga jelas, bahwa kesucian diri dan kreatifitas, sikap cerdas dan giat dalam hidup, adalah sebuah perangkat kekuatan yang meng-otomatiskan Nabi Muhammad dengan kehendak Allah mampu menembus langit ketujuh.

Bila memadu telaah ilmiah dalam mengembangkan hikmah atas peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi menembus langit ketujuh, kita bisa berkhayal bila memiliki kendaraan secepat larinya cahaya satu detik kecepatan cahaya sama dengan sejauh tujuh keliling garis khatulistiwa lingkaran bumi (teori Einstein)

Pantas bila kendaraan nabi bernama “Buraq” artinya “kilat”, yang kecepatan perjalanannya 1 detik = 7 keliling garis khatulistiwa bumi. Wujud Buraq itu pun sulit dibayangkan, termasuk sikap keliru bahkan dan pelecehan kaum orientalis yang menyamakan bentuk buraq dengan binatang berkepala wanita cantik.

Penuturan tentang Mi’raj digambarkan bahwa nabi naik ke langit dengan kendaraan seperti tangga yang naik secepat cahaya. Di sinilah misterius kebesaran Allah yang hanya tepat disikapi dengan iman, seperti sikap keimanan Abu Bakar Shidiq sahabat setia nabi.

Sebab bila sebatas telaah ilmiah, Isra Mi’raj dalam perhitungan manusia merupakan peristiwa mustahil/tidak mungkin terjadi.

Pertama, menurut Einstein bahwa benda termasuk jasad manusia, bila berjalan secepat cahaya (kecepatan mutlak) maka benda itu akan “terurai/hancur”.

Kedua, seandainya nabi dalam Mi’raj itu berjalan secepat cahaya atau kilat yang kecepatannya 1 detik = 7 keliling garis khatulistiwa bumi, maka dalam perhitungan ilmiah, beliau baru tembus ke langit ke batas akhir langit akan menyita waktu selama 11 Milyar tahun. Akan tetapi saat Allah menghendaki “Kun fayakun” sekali jadi maka jadilah, Nabi Muhammad tiba di langit ketujuh dalam waktu sepertiga malam. Jelas, manusia tidak akan mampu mengukur secara tekhnik tentang caranya.

Hemat penulis dalam menelaah nilai dan hikmah ajaran Islam, tepat bila kita mensikapinya “Mengapa Isra Mi’raj ?”. Bukan “ Bagaimana Isra Mi’raj ? “ Karena tidak akan terjangkau akal. Namun demikian, terhadap rahasia Allah, Nabi Muhammad SAW. Masih diperintah Allah untuk berdo’a memohon tambahan ilmu (QS. Thaha:114).

Maka perangkat yang harus menyertai melangitnya seseorang, adalah di samping Maka perangkat yang harus menyertai melangitnya seseorang, adalah di samping penajaman fitrah/kesucian hati, juga keceradan pemikian yang diwujudkan dengan ilmu pengetahuan, yang ditindaklanjuti dengan kreatifitas serta ketinggian perilaku keseharian.

 

Makna Menembus Langit Ketujuh

Yang sangat besar dari Isra Mi’raj, yakni diperolehnya kado yang berisi perintah ”Shalat Lima Waktu”  sebagai kunci sukses yang memiliki kebermaknaan untuk memperoleh kesuksesan lahir bathin bila shalat itu diaplikasikan dalam keseharian hidup.

Maka, peristiwa Isra Mi’raj di samping sebagai tanda-tanda kebesaran Allah dan penegasan eksistensi Allah yang memiliki posisi teramat tinggi, juga mengandung hikmah untuk memotivasi manusia agar menjelajah jagat raya/luar angkasa dalam tugas memakmurkan bumi melalui ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagaimana digalang dalam beragam ayatNya.

 

Ingin Ke Langit Ketujuh…

Kerena merupakan rahasia dan kebesaran Allah tentu tidak ada kesimpulan tentang tekhnik bagaimana kita pergi ke langit ketujuh, namun demikian tentang salah satu hakikat dari Program Isra’ Mi’raj adalah adanya ‘kado’ perintah shalat fardlu lima waktu.

Penulis yakin, dengan kemampuan mendirikan dan menegakkan shalat secara khusyu, diawali thaharah untuk membersihkan diri menuju bersih/suci dalam prilaku keseharian, kemudian shalat dengan penuh khusyu hingga merasa berjumpa dengan Allah sebagai zat yang Maha Tinggi tanpa terhalang ruang, dinding, dan waktu. Ini sejalan dengan sinyalemen hadits qudsi yang menyatakan, bahwa jagat raya ini terlalu sempit bagi Allah, namun Allah sangat leluasa bersemayam di hati orang-orang yang beriman. Hal ini berlaku pula peran bersemayamnya Allah di hati orang yang senantiasa sadar ‘membesarkan tugas-tugas Allah dalam keseharian hidup.

Perjuangan menindaklanjuti shalat dengan menjaga perbuatan keji dan munkar serta membangun keluhuran moral/martabat dalam masyarakat, di samping mengembangkan kecerdasan hingga menggapai ketinggian ilmu pengetahuan, serta membangun keshalehan sosial dengan sikap sadar di manapun berada selalu merasa dekat dengan Allah ‘Yang Maha Tinggi’, maka posisi orang semacam itu bukan tidak mungkin memiliki kesamaan bahwa ia telah mampu menembus langit ketujuh. Hal ini berkenaan dengan kesucian/kekuatan hati yang dimiliki Nabi maupun umatnya, maka sebuah alternatif kebenaran bila sebagian analisis menyatakan bahwa perjalanan Rasulullah SAW. menembus langit ketujuh adalah “perjalanan rohani” yang mampu menerobos ruang, dinding, dan waktu.

Lebih aplikatif lagi dalam kesehariaan, bila seorang atau sekelompok orang di samping dengan kesucian hatinya senantiasa mengembangkan gagasan, prestasi maupun karyanya mencuat di permukaan dan menjadi konstribusi yang bermanfaat positif untuk khalayak, berkarya tentang sesuatu yang belum mampu dilakukan oleh umumnya orang. Atau kemampuan mengembangkan solusi atas problem yang melanda kehidupan masyarakat, di mana solusi itu belum dilakukan umumnya orang, maka langkah semacam itu, bukan tidak mungkin nilainya sama dengan berkemampuan menembus langit ketujuh.

Mari kita menembus langit ketujuh, dengan semangat fastabiqul khaerat dan amar ma’ruf nahyi munkar teriring ilmu pengetahuan dan akhlaq mulia untuk menggapai derajat yang tinggi dalam ridla Allah SWT.

Semoga…

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Tindak Lanjut Menembus Langit ke Tujuh Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan