Hot News
20 Oktober 2016

Manajemen Isu, Agitasi dan Propaganda dalam PILGUB DKI

oleh : Abdul Mukti


Konstelasi Pilgub DKI Jakarta semakin memanas. Setiap hari kita disuguhkan manuver-manuver politik yang dilancarkan silih bergantian oleh masih-masing TIM Sukses demi meraih simpati masyarakat Jakarta. Perang Opini dan Gagasan menjadi hal yang lumrah justu menjadi daya tarik sebuah kompetisi untuk meraih tahta dan menjadi Jawara Ibu kota. 

Dalam sebuah artikel di kompasiana, Membangun Opini Publik Meraih Kemenangan Politik, Ali Sodikin (2003) menuliskan, bahwa Pendirian (Attitude) akan membentuk persepsi. Persepsi akan membangun opini. . 

What the Individual Says or put in a questionnaeri”, pendirian yang diungkapkan dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh, symbol, raut muka, ekspresi,warna, pakaian, ruang, dan waktu) itulah yang disebut opini. Persoalannya adalah untuk membangun konsensus bukan saja membutuhkan waktu. 

Ada faktor lain, bergantung pada banyak unsur, seperti emosi, tekanan dari luar, dan pengaruh berita-berita yang berkembang. Disinilah waktu perlunya manajmen isu, agitasi dan propaganda. Tujuannya adalah agar tercipta konsensus yang cepat dan opini publik terbentuk sesuai dengan agenda dan kemauan politik yang menjadi target kita.

Manajmen Isu
Pada prinsipnya manajmen isu sesungguhnya mengenai kekuasaan. Jika kita sebagai individu atau orgAniesasi ingin membangun opini publik dalam rangka mempengaruhi kebijakan publik maka kita harus memiliki kekuasaan berdasarkan ide yang kita ambil.

Dalam kasus Pilgub DKI Jakarta , kita dapat menyaksikan manajmen isu ini dimainkan dengan begitu baik, dimulai sejak satu bulan yang lalu  ketika seorang ketua umum partai sebelum pencalonan mengatakan dihadapan awak media bahwa, akan ada kejutan dalam Pilgub DKI Jakarta ini, dan kejutan itu benar-benar terjadi saat koalisi cikeas yang di usung oleh (Demokrat, PAN, PPP dan PKB) mencalonkan Agus Harimurti Yudhoyono berpasangan dengan Sylviana Murni.

Sontak, pencalonan Agus ini menjadi perhatian media massa dan media sosial dengan ramai-ramai membincangkan pencalonnannya, publik seolah tersihir oleh kehadiran Agus, sosok anak muda dengan prestasi mentereng di dunia militer, dan meraih gelar master dari dua Universitas terbaik di Amerika dan yang lebih penting Agus adalah Putra Mahkota Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada titik ini kita dapat melihat kepiawaan SBY sebagai seorang jendral yang ahli dalam strategi. Namun euphoria kehadiran Agus tidak berlangsung lama, Tim pemenangan Anies – Sandi langsung menghentak dengan membuat isu program Kali Bersih sudah disiapkan sejak jaman Foke pada tahun 2008.

Inilah bukti keberanian Anies, Foke adalah sosok yang tidak disukai publik, Gayanya sinis, kepemimpinannya aristokratis, dan yang terpenting tak banyak yang dikenang dari foke saat menjadi gubernur. Apa yang hendak Anies capai  dari isu yang dia hembuskan ? dalam hemat saya, Anies ingin merebut perhatian publik dengan membenturkan dua realitas yang saling bertentangan.

Isu yang dihembuskan tersebut mendapat perlawanan keras dari kubu Ahok, muncul meme-meme di sosial media yang cukup menggelitik. Bahkan yang paling menohok , ketika mesin pencari google di setting  sinikal untuk tujuan tertentu. Setelahnya, Ahok dengan gembira membuat pernyataan tentang google ini,  “coba kamu tanya google, sungai bersih karena foke ? ”.

Pada Kalimat “Sungai bersih karena foke” dipertanyakan oleh google menjadi “Sungai bersih karena Ahok?” Namun tim lawan tak kalah cerdik,  mereka membuat lelucon mematikan yang juga ironik.

Ketik “Paris bersih karena Foke” Atau Makkah bersih karena Foke” bahkan “Selangkangan Bersih Karena Foke”  menjadi dipertanyakan oleh google menjadi karena Ahok. Disisi lain, Anies masuk pada argumen yang lebih subtansial. Menurutnya, program penataan kali memang diinisiasi foke pada 2008 melalui negosiasi Bank Dunia. Namun proyek ini terganjal aturan sehingga baru direalisasikan pada tahun 2012 setelah pemerintah pusat mengeluarkan aturan baru.

Program bernama Jakarta Emergency Dredging Intiative (JEDI) itu baru bisa ground breaking di masa jokowi menjadi gubernur, pada 2013. Program JEDI ini kemudian dilanjutkan Ahok . Namun, program JEDI ini hampir dibatalkan Ahok karena targetnya terlalu lama. Setelah ada negosiasi ulang, akhirnya Bank Dunia setuju targetnya dipercepat.

Oleh karena itu, Anies menjelaskan, tidak ada yang salah dengan  pernyataannya . Setelah isu yang hembuskan kubu Anies mereda, Tim pemenangan Ahok langsung menggusur isu-isu sebelumnya dengan mengangkat isu Pluralisme dan NKRI. Bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk menjadi pemimpin di negeri ini. Puncaknya adalah saat beredar  video Ahok menistakan Al-qur’an yang diposting oleh Akun Facebook Buni Yani. Meskipun pada akhirnya Ahok sudah meminta maaf, namun polemik Ahok tak kunjung usai. Yang terjadi malah reaksi keras umat islam diberbagai daerah. Baca : Penistaan Agama Kemana Akhirnya ?

Upaya proaktif mengelola isu  yang dilakukan oleh masing-masing kubu menjadi penting untuk mengidentifikasi dan menganalisis,dan akhirnya membuat langkah-langkah strategis. Sehingga dalam survey yang pertama dilihat adalah popularitas dan elektabilitas jagoannya masing-masing. Langkah selanjutnya kita perlu menyimpulkan isu, hal tersebut dapat dilakukan dengan langkah yang disebut dengan Agitasi dan Propaganda.

Agitasi
Agitasi berasal dari bahasa latin, agitere yang berarti bergerak, menggerakan (agitation). Agitasi ini beroperasi untuk menggerakan khalayak (rakyat, atau komunitas) kepada suatu gerakan terutama gerakan politik. Upaya menggerakan massa dengan lisan atau tulisan, dengan cara merayu , mempengaruhi, membangkitkan emosi khalayak menuju satu opini bersama, dan pada akhirnya menjadi opini publik.

Agitasi ini dimulai dengan membuat kontradiksi atau pertentangan dimasyarakat kemudian menggerakan khalayak untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini.  Dalam hal ini, kita dapat melihat  salah contoh yang dilakukan oleh Teman Ahok, jauh sebelum pencalonannya Teman Ahok sudah  mengumpulkan satu juta KTP untuk mendukung Ahok meskipun pada akhirnya Ahok lebih memilih jalur partai.

Propaganda
Propaganda adalah upaya merayu opini publik dengan mengemukakan banyak gagasan atau pikiran secara mendalam kepada kepada sedikit orang. Suatu kampanye politik yang dengan sengaja mengajak, membimbing, mempengaruhi, membujuk, merayu orang secara sistematis agar orang lain menerima pandangannya, dengan kata lain propaganda adalah usaha individu atau kelompok yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok individu lainnya dengan sugesti.

Orang yang melakukan kegiatan ini disebut dengan propagandis, seorang propagandis harus memiliki kemampuan menciptakan suasana yang mudah kena sugesti. Propagandis ini adalah politisi atau aktivis yang memiliki kemampuan dalam memperoleh opini publik yang positif dengan cara menjangkau khalayak kolektif yang lebih besar. Dalam hal ini, kita bisa melihat Akun-akun seleb twit yang bertebaran di sosial media. 

Namun dalam politik, kita tidak harus selalu berfikir linear, walau subtansi tetap penting sasarannya justru pada efeknya. Dalam power play, yang utama adalah meraih dukungan dan perhatian publik. Setelah saling melancarkan serangan satu sama lain dalam satu bulan terakhir, kini tim sukses masing-masing melakukan evaluasi serta mengecek popularitas dan elektabilitas jagoannya.

Kita sebagai publik jangan sampai terjebak dengan manuver-manuver yang sengaja diciptakan, jangan mudah terbuai dengan aksi panggung dan tetap kritis dalam menyerap informasi. Dari situlah kita akan menentukan pilihan saat dibilik suara nanti, sebagai penonton harus tetap tenang, tak perlu pakai emosi . kita tonton saja, untuk menilai siapa yang terbaik. ***

Penulis Adalah Mahasiswa STKIP Muhammadiyah Kuningan

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Manajemen Isu, Agitasi dan Propaganda dalam PILGUB DKI Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan