Hot News
5 Oktober 2017

Memberontaknya Kuningan terhadap Cirebon

oleh: Tendi Chaskey*)


Hubungan antara Kuningan dan Cirebon dikenal terjalin dengan sangat baik. Kedua daerah bisa memiliki hubungan akrab karena terikat oleh kisah mengenai pemimpin Keadipatian Kuningan yang pertama, yaitu Pangeran Kuningan. Sang pangeran diangkat sebagai pemimpin Kuningan sebagai wakil wilayah dari ayah angkatnya (Cirebon). Di samping itu, pasang surut penyebaran ajaran Islam yang saat ini menjadi agama mayoritas di tanah Kuningan, juga banyak dipengaruhi oleh dinamika keagamaan yang terjadi di Cirebon. Dengan latar belakang masalah genealogi dan kepercayaan itu, Kuningan dan Cirebon menjadi sangat dekat. 

Namun meskipun demikian, ternyata tidak selamanya hubungan kedua daerah ini bersifat “mesra”. Adakalanya, berjalan dengan sangat buruk. Bahkan, terjerumus ke dalam konflik yang berkepanjangan. Salah satu interaksi disosiatif yang terjadi di antara Kuningan dan Cirebon itu tercatat apik di dalam babad Cirebon. Dalam inskripsi manuskrip itu dikatakan bahwa Kuningan pernah menolak untuk tunduk kepada Pakungwati karena penguasanya telah beralih, dari orang yang dihormatinya, yaitu Syekh Syarif, kepada cucunya, Panembahan Ratu.

Babad Cirebon yang mencatat peristiwa itu pun ternyata tidak hanya satu naskah saja, namun ada beberapa naskah sekaligus. 

Dalam Naskah Pulosaren misalnya, peristiwa pemberontakan itu dideskripsikan sebagaimana berikut:

“Telah lama keraton dalam keadaan berkah selamat, namun ada saja sesuatu yang membuat kecewa. Tatkala itu, Pangeran Arya Kuningan telah mogok tidak mau tunduk kepada Cirebon dengan alasan dahulu itu Kuningan.


Tunduk patuh pada jaman Sunan Jati, sebab Sunan Jati adalah guru. maka Pangeran Arya Kuningan selalu berada di Keraton Cirebon baik siang ataupun malam. Sembah bakti dan pengabdiannya hanya ditujukan kepada sang guru. adapun Panembahan Rat sekarang hanyalah cucu dari sang guru.


Oleh karena itu dalam seba menghadap ke Cirebon terserah hanya kala ingat saja. sebab menurut Pangeran Arya Kuningan, jika sudah turun ke anak maka kewajiban berbakti itu sudah bukan wajib lagi. Serta untuk jaman sekarang sangatlah berbeda keadaannya tatkala masih hidupnya Kanjeng Sunan Jati.

Dahulu Cirebon benar-benar merupakan negara yang merdeka, adapun sekarang di jaman Panembahan Ratu, Cirebon harus seba menghadap ke Mataram. Hal itu sebagai pertanda bahwa Panembahan bukanlah seorang ratu, menurut Arya Kuningan keududukan Panembahan Ratu itu pantas sebagai seorang bupati, sedangkan gelar raja hanya sebatas nama saja.”

Mendengar tidak bersedianya Kuningan untuk kemit ke Cirebon, Panembahan Ratu pun merasa kecewa. Ia segera memerintahkan patihnya untuk menegur Kuningan. Namun upaya itu gagal, Patih Rudamada kembali dari sisi lamping Ciremai itu dengan tangan kosong.

Tidak ingin mendengar kata gagal untuk yang kedua kalinya, akhirnya Panembahan Ratu pun turun tangan sendiri dalam masalah ini. Ia pun berangkat ke Kuningan, dan menemui sang Arya Kuningan untuk meminta ketegasan kesetiaannya kepada Cirebon.

Lalu, bagaimana sikap Arya Kuningan dalam menghadapi tuntutan Panembahan Ratu ini?????

Penulis adalah Orang Kuningan, Alumnus Intercultural Leadership Camp Programme, Victoria University of Wellington, New Zealand. Saat ini tengah menempuh Program Doktoral.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Memberontaknya Kuningan terhadap Cirebon Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan