Hot News
4 Maret 2023

Puisi: Sepucuk Surat yang Kurindu

 


Vera Verawati


Andai, beranjaknya waktu tidak berikut peradabannya. Mungkin saat ini aku masih senang menikmati sejuknya pagi oleh gemericik air pancuran yang jernih, masih bahagia berlarian di antara pematang beraroma lumpur kesahajaan.


Andai, pergantian hari bisa dihentikan. Akan aku berhenti pada masa-masa mengeja, mengenal aksara lalu merangkainya dalam sepucuk surat, kemudian menyusun kekaguman dalam rangkaian kesantunan bahasa atma.


Andai, pada alinea pertama manis di bait syair atau lugu pada penggalan majas di pantun penuntun. Wajah-wajah tulus yang sesungguhnya, tanpa ada sedikit terbersit bagaimana saling menipu dan memperdaya sesama.


Waktu melaju tanpa mampu aku tunggu dan tak mau ditunggu. Berlari dengan putaran yang sama, tapi terasa lebih cepat menuju kiamat. Ketika kebaikan-kebaikan yang dilakukan dengan segenap jiwa yang dipunya akhirnya tercipta khianat.


Melepas yang seharusnya terlepas, tak ingin menggenggam duri walau dalam setangkai mawar berwarna merah hati. Jika akan terus mencipta gulma dikemudian, maka rela aku meninggalkan demi asa lebih cerah di depan.


Merindu sepucuk surat, seperti aku merindukan waktu di mana belum ada cahaya yang berhijab kegelapan. Hanya rangkaian aksara tersusun rapi dari Si Pengirim untuk aku yang menerima dengan penuh bahagia. 


Kuningan, 040323

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Puisi: Sepucuk Surat yang Kurindu Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan