Hot News
21 Februari 2020

Nama Adalah Eksistensi Diri

Penulis : Sri Melynda (SriMel InsGen) IG @srimel_02
Mahasiswa Biasa Universitas Islam Al-Ihya Kuningan


suarakuningan - Nama merupakan identitas setiap benda, hewan, tumbuhan serta manusia. Dengan penggunaan nama yang melekat pada setiap benda ataupun makhluk hidup maka eksistensi nya akan dikenal. Manusia ketika lahir ke dunia, properti yang pertama kali didapatkan adalah “nama diri” yang diberikan oleh kedua orang tuanya. 

Nama tersebut tentu akan terus melekat pada diri seseorang sebagai identitas pengenal ketika sedang berbaur dengan masyarakat. Tentu tidak ada satupun orang di dunia ini yang tidak memiliki nama, setiap orang akan memiliki nama sebagai identitas pengenal, baik nama asli yang tertera dalam kartu identitas, ataupun nama panggilan yang menjadi ciri khas.

Menurut Pei, nama merupakan sebuah simbol bagi individualitas. Dalam konteks ini, nama dapat digunakan untuk merujuk pada diri sendiri (penutur), orang kedua (yang diajak bicara), maupun orang ketiga (yang dibicarakan). Arti sebuah nama tentu penting bagi seseorang, sebab hal tersebut yang menjadi pembeda antara individu satu dengan individu lain, walaupun terkadang nama seseorang bisa sama. 

Walaupun umum terdengar istilah “Apa Artinya Sebuah Nama”, namun seseorang bernama Budi tidak ingin disebut dengan sebutan Anton, Ataupun seorang bernama Dewi tidak ingin disebut dengan nama Tono, hal itu dikarenakan nama yang melekat sejak ia dilahirkan merupakan identitas individu. 

Nama pun menjadi pembeda antara gender perempuan dengan gender laki-laki, biasanya nama-nama untuk perempuan adalah Dewi, Gina, Anjani, Ayu, Rahma. Sedangkan untuk laki-laki biasanya Jaka, Doni, Ujang, Otong, walaupun terkadang ada beberapa nama yang dipakai untuk dua gender sekaligus seperti Rizky, Feby, Dana, dan lain sebagainya.

Dalam beberapa kultur kebudayaan, salah satunya suku Sunda. Pemberian nama pada seorang anak tidak dilakukan secara sembarangan, biasanya ada serangkaian adat yang mengiringi contohnya yaitu membuat bubur beureum dan bubur bodas (Bubur merah dan Bubur putih). Tentu hal tersebut bukan tanpa alasan dilakukan, ternyata ada makna dibalik proses pembuatan bubur dengan kedua warna tersebut. Warna merah merupakan lambang sel telur yang dimiliki oleh seorang perempuan, sedangkan warna putih melambangkan laki-laki yang memiliki sperma. 

Pertemuan keduanya menciptakan seorang manusia baru yang lahir kedunia dengan selamat dan berharap mendapatkan keberkahan dunia. Biasanya bubur ini akan disajikan saat upacara puputan, yakni upacara tradisional saat tali pusat bayi sudah mengering dan mulai putus.

Sebuah nama bisa dikatakan sebagai indentitas, tidak hanya identitas untuk individu, biasanya nama menjadi identitas suatu daerah. Contohnya masyarakat sunda biasanya memiliki nama lokal seperti Euis, Icih, Neneng, Ningsih, Dadang, Kabayan maka akan dipastikan orang yang menyandang nama-nama tersebut bisa dikatakan sebagai orang Sunda. 

Sama halnya yang dengan masyarakat Sunda, masyarakat Jawa pun memiliki nama lokal yang menjadi identitas masyarakat, seperti nama Slamet, Pangestu, Sarip, Saliki, Sarinah, Joko, Jaka, Nama-nama tersebut melakat pada diri masyarakat Jawa baik Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Nama menjadi identitas suatu daerah dan menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.  Dan begitu pula di daerah lain di Indonesia pasti memiliki nama lokal yang menjadi identitas wilayah tersebut.

Pada era saat ini, nampaknya nama lokal semakin tergeser oleh nama-nama negeri sebrang khususnya negara Barat dan Arab. Bila kita memperhatikan banyak masyarakat yang enggang memberikan nama lokal kepada anaknya karena dianggap kampungan dan tidak mengikuti zaman. Pada saat ini masyarakat kita cenderung memberikan nama yang berbau bahasa Arab, hal itu dikatakan nama tersebut bisa saja mengandung sebuah doa. 

Padahal nama lokal pun memiliki arti yang sama bagusnya, sebab orang tua memberi nama sebagai doa kesalamatan, terlepas itu nama lokal atau pun bukan. Sedang masyarakat yang memberikan nama barat, dirasa hal tersebut sesuai dengan kemajuan zaman mengikuti trend modernitas. 

Maka tak heran jika saat ini warga sunda memiliki nama Angel, Bram, David, Same ataupun warga jawa yang memiliki nama Bukhari, Sidiq, Fatimah. Tentu penggunaan nama pada anak yang mencatut dari negeri tentangga bisa dikatakan menggeser eksistensi nama lokal. Tak dapat dipungkiri untuk beberapa tahun yang akan datang nama lokal bangsa Indosesia akan punah karena tidak lagi digunakan.***
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.

Item Reviewed: Nama Adalah Eksistensi Diri Rating: 5 Reviewed By: SuaraKuningan