Puisi: mantra cinta

  mantra cinta yang tercecer di atas daun talas, bergoyang dzikir seiring hujan yang menipis makna tak semuanya mencair, ada yang beku ada p...

puisi: luluhkan purnamaku

sekalipun pandangmu terhalang kabut atau awan apapun itu aku tak berubah bahwa aku adalah  bulan purnama setiap saatnya selalu memantulkan c...

kontemplasi pagi

  aku tak lebih daging dan tulang yang diletakkan antara baik buruk hidup mati, bahagia sedih bahkan jatuh dan bangun  antara pula masriq da...

Tentang Hati dan Rahasia

Vera Verawati Apa yang perlu dipertanyakan pada hati? Sesuatu yang paling tersembunyi dan hanya hati yang tahu juga Tuhan. Biarkan wajah t...

Ketukan di Pintu Sepi

  Vera Verawati               Perjalanan matahari merambat pelan, cahaya membiaskan wajah-wajah lemah   yang rebah oleh ketakberdayaan...

Filosofi Bonsai

  Vera Verawati Aneka ragam pepohonan yang kita tahu berfungsi sebagai pelindung dari matahari, selebihnya apa saja manfaat pohon pada jen...

Puisi: Sepucuk Surat yang Kurindu

  Vera Verawati Andai, beranjaknya waktu tidak berikut peradabannya. Mungkin saat ini aku masih senang menikmati sejuknya pagi oleh gemeri...

Puisi: Kartu Hati Bukan Kartu Mati

Vera Verawati               Bidak bergerak berhadapan dengan raja, sedang patih masih berdiri gagah di samping anak-anak pion yang mulai taj...

Puisi: keberadaan

aku bertanya tentang hidup, yang kau sandang dan yang melekat padaku kenapa berbeda. maka ia menyanyikan bidal dan tetap sambil menari. ...

seirama sampai rumah.

  suara nuri merajut sarang, menembus  jiwaku hingga aku hampir hanyut  dalam melodinya. lirih hanya hati mendengar dan kaki menghentak seti...

tetapi ternyata...

    adalah saat mampu memahamkan cinta pada yang lain. siapapun itu. bukankah sang kekasih telah menguswahkan tindak khasanah pada...