Cerpen: Aku Pulang

”Sebagian memilih untuk pulang dan sebagian lagi memilih untuk tetap tinggal. Kau harus memilih.”  (Ki Pandita Ciremai) Tahun-tahun ini meru...

Cerpen: Tidak Sendiri

  Ki Pandita Ciremai   “Ada yang merasa dirinya setegar karang. Tapi kau tidak hidup sendiri di jagad ini”. ***   Ikan koi hilir m...

Cerpen: Sirnaraga

( Ki Pandita) “Semua akan dilupakan. Sirna ilang kersaning bumi.” *** Kepura-puraan diperlukan ketika, orang disekelilingmu senang bersandiw...

Cerpen: Mengejar Pantai

(Ki Pandita) “Percuma saja menjelaskan Karena kau tidak ada di sana” *** Hujan begitu pekatkan jalan. Si Jagur, Vespa VBB 64 telor asin mela...

Cerpen: “PL”

(Oleh: Ki Pandita) Lukisan kaca Rama-Shita yang menempel di dekat jendela, bergeser tertiup angin kemarau. Debu dan tanah kering tercium beg...

Cerpen: "Di Ujung Malam"

“Ketika kau tak sanggup melangkah, hilang arah dalam kesendirian. Tiada mentari bagi malam yang kelam.  Tiada tempat berlabuh.  Bertah...

Artikel: "Di Rumah Saja”

Meningkatnya Kemiskinan di Kabupaten Kuningan Himbauan pemerintah mengenai penanganan wabah corona, diantaranya yang paling terkenal, ya...

Cerpen: Para Lelaki di Titik Minus

Menjaring Angin Di Kedai Kopi (3) Bunga mawar merah rontok kelopaknya saat gerimis datang pagi itu. lelaki kurus paruh baya mendeang tu...

Cerpen: Menjaring Angin di Kedai Kopi (Perempuan Bersayap Kertas)

“Lalu aku memaafkannya. Demi Cinta.” Wajah muram pohon bambu yang rapuh diterjang hujan tadi malam, tertutup samar oleh kabut gunung yan...

Cerpen: Menjaring Angin di Kedai Kopi (“Perempuan-perempuan itu”)

cerpen suarakuningan - Gerimis tipis menghias kaca mobil AYLA merah marun.  Perempuan muda berkerudung pink, jam tangan warna kuning dan k...

Cerpen: Cahaya Ramadan di Kedai Kopi (Para lelaki yang Tetap Bertahan)

Sebelumnya: Cerpen: Cahaya Ramadan di Kedai Kopi (Bersama Diam) *** Perang tidak pernah berakhir Hari ini tentang cinta Hari esok tent...

Cerpen: Cahaya Ramadan di Kedai Kopi (Bersama Bosan)

 *** “Aku mulai bosan dengan kata-kata Aku mulai bosan dengan harapan” Angin gunung terlalu keras menghempas daun gugur. Di tepi jala...

Cerpen: Cahaya Ramadan di Kedai Kopi (Bersama Diam)

*** Terkadang aku lebih memilih untuk diam Bukan karena aku tak mempunyai kata Tapi karena itu lebih mudah Dari pada harus menjelaskan ...

Cerpen Ramadan di Kedai Kopi

Cerpen . Penulis: Ki Pandita Ciremai *** DI setiap jalan yang kau susuri menyimpan kenangan purwa Temukanlah cahaya, nanti kau akan faha...