Kreasi Tong Sampah Ide Posrem

  Vera Verawati Kemeriahan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-78 serentak ada dimana-mana. Bukan saja luar negeri tapi juga hingga pel...

Peran TBM Dalam Mengenali Potensi Anak-Anak

  Vera Verawati Anak-anak adalah harta yang paling berharga,  semakin membanggakan ketika anak-anak memberikan prestasi dari berbagai bida...

Tentang Hati dan Rahasia

Vera Verawati Apa yang perlu dipertanyakan pada hati? Sesuatu yang paling tersembunyi dan hanya hati yang tahu juga Tuhan. Biarkan wajah t...

Ketukan di Pintu Sepi

  Vera Verawati               Perjalanan matahari merambat pelan, cahaya membiaskan wajah-wajah lemah   yang rebah oleh ketakberdayaan...

Filosofi Bonsai

  Vera Verawati Aneka ragam pepohonan yang kita tahu berfungsi sebagai pelindung dari matahari, selebihnya apa saja manfaat pohon pada jen...

Puisi: Sepucuk Surat yang Kurindu

  Vera Verawati Andai, beranjaknya waktu tidak berikut peradabannya. Mungkin saat ini aku masih senang menikmati sejuknya pagi oleh gemeri...

Puisi: Kartu Hati Bukan Kartu Mati

Vera Verawati               Bidak bergerak berhadapan dengan raja, sedang patih masih berdiri gagah di samping anak-anak pion yang mulai taj...

Lelaki Misterius

  Vera Verawati Lelaki itu selalu duduk di depan rumahnya, usianya sekitar 52 tahun. Setiap hari membawa antara 20 buah sapu lidi dan sapu...

Bekal

Vera Verawati Ada kepanikan terbias disembunyikan, kedua matanya yang sendu selalu mampu menyimpan setiap keadaan. Diana sibuk di dapur, set...

Puisi Nyanyian Piring Tanpa Isi

Vera Verawati                                 Jangan pukul tepinya, jika itu hanya memberi pertanda atas kerontangnya nyawa dipertaruh...

Puisi: Satu Jalan Menuju Pulang

Vera Verawati Ciap anak burung terjatuh tepat di pangkuan, lelaki itu penuh kasih menyentuh, berjalan mencari dimana letak sarang. Tepat p...

Puisi: Orasi Bendera

Vera Verawati                                 Sayup lonceng peringatan berbunyi, bisik-bisik masa bakti hampir habis. Kasak-kusuk mulai ...

Puisi: Ranjau (Bendera Tengkorak Bersilang)

  Vera Verawati Degup jantung serasa terhenti, peluh deras membanjiri.  Zig zag, lurus atau silang dengan kode yang tak terbaca. Nyawa seper...

Puisi: Tersesat

Vera Verawati Sepasang kaki langit menancap di pintu gerbang, menanti langkah-langkah menapaki jalanan berlumut. Sisa-sisa longsoran menin...

Puisi: Panggilan Terakhir

  Vera Verawati                   Suara merdu binatang malam, satu dua masih terdengar, sisanya turut lelap bersama para pemimpi. Sayu...

Puisi: Orasi

 Vera Verawati   Berteriaklah yang keras, selama kau bisa. Satu kursi disiapkan untukmu. Di gedung itu, dengan kursi selembut kulit nona d...

Lukisan Terakhir Tentangmu

  Vera Verawati Roda-roda itu menggilas jalanan lalu melaju cepat, secepat keinginan untuk segera sampai di hadapannya, wajah teduh dengan...

Puisi: Bahasa Penari

Vera Verawati “Ijinkan aku menari.” Lelaki berwajah keras itu tajam memandang, pemuda dengan bahu kokoh dan warna kulit gelap menjadikannya ...

Puisi: Ramaikan Petasan

Vera Verawati Boom Tanpa komando, sulut saja sumbunya Dengan sedikit api Dan ledakan dimana-mana Hayya alassolaah Hayya alassolaah Gema itu ...

Puisi: Dialog Hening

  Oleh : Vera Verawati    Rembulan bulat sempurna, raut wajahnya sendu, leher jenjangnya terlilit syal lembut dari sutra kabut. Pandang berp...